Presiden Joko Widodo (Jokowi) seharusnya melibatkan partai yang mendukungnya
saat Pilpres pada 9 Juli 2014 dalam Tim Transisi. Pasalnya, pembentukan
Tim Transisi yang hanya diisi oleh orang-orang tertentu menjadi
kontroversi. Tujuan agar mendapat citra acungan jempol bahwa kabinet bentukannya benar-benar bukan campur tangan parpol pengusung Jokowi-JK dipastikan hanya akan membuat Jokowi "senin-kemis" menghadapi gempuran parpol di parlemen, jeuawa demi pencitraan tidak seharusnya dilakukan Jokowi.
Jokowi boleh sajaberlindung di bawah ketiak para relawan, tetapi harus benar-benar berfikir matang. Apakah relawan bisa melindungi Jokowi di parlemen? Tentuk saja mustahil!
Hal diutarakan Pengamat Politik dari Polcom Institute, Heri Budianto
kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (9/8/2014). Menurut Heri, Kepala
Transisi dan keempat Deputi tidak mewakili kelompok partai pendukung
Jokowi-JK saat Pilpres lalu itu.
"Kontroversi yang dibuat Jokowi adalah
dengan tidak mengakomodir kekuatan politik yang mendukung Jokowi-JK.
Jadi, kelima Deputi dan Kepala Transisi, tidak mewakili kelompok partai
yang menurut saya penting. Bagaimanapun juga partai yang mendukung
Jokowi-JK harus dilibatkan," ungkap Heri.
Rumah Transisi diketahui digawangi oleh Mantan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan Kabinet Gotong Royong Rini Mariani Soemarno. Dibawah
kepemimpinan Rini, ada empat Deputi yakni Andi Widjajanto, Anis
Baswedan, Hasto Kristiyanto (PDI Perjuangan) dan Akbar Faisal (Nasdem).
Sementara itu, selain PDIP dan Nasem, dalam Pilpres sejumlah Partai yang
mendukung Jokowi - JK yakni, Hanura, PKB, dan PKPI.
Menurut Heru, dalam pembentukan tim transisi mestinya Jokowi tetap
mengajak berembug beberapa partai-partai pendukung. "Harusnya partai
pendukung harus tetap di akomodir, bahkan jauh lebih besar dari itu,"
imbuhnya.
Heri tak memungkiri komposisi tim transisi yang dipilih Jokowi
membuat partai politik yang mendukungnya meradang. Sebab itu, Heri
menilai wajar jika ada ketidakpuasan dari partai pendukung tersebut.
"Kalau terjadi gejolak yang terjadi di tubuh koalisi pendukung Jokowi
itu konsekuensi," ucapnya.
Heri menenggarai Partai Hanura, PKB, dan PKPI kecewa dengan sikap
politik Jokowi dalam membentuk tim transisi yang tidak mengakomodir
partai pendukung walaupun tidak dibuka di publik. "Walaupun tidak di
buka di publik, mereka pasti merasa ditinggalkan," ujarnya.
Dikhawatirkan kondisi ini pemerintahan Jokowi-JK nantinya. Apalagi
jika terus berlanjut hingga pembentukan kabinet. Sebab, bisa saja
beberapa partai pendukung Jokowi kecewa dan membelot untuk melawan
Jokowi-JK di parlemen. "Sangat berbahaya, kalau sekarang kita lihat
koalisi merah putih solid di parlemen. Kalau Jokowi tidak mengakomodir
partai pendukung, bisa jadi menjadi ancaman serius bagi pemerintahan
Jokowi di parlemen nantinya," pungkasnya.
Akhirtnya PKB pun Protes
Pencitraan dalam penyusunan kabinet Jokowi adalah ketentuan yang menyudutkan parpol pendukung, salah satunya, elite politik yang terpilih menjadi menteri
harus melepas jabatan di partai.
Wacana Jokowi ini langsung mendapat respons dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai
salah satu partai pengusung Jokowi. Mereka menolak wacana itu dengan
alasan tidak relevan dengan situasi kekinian.
"PKB prinsipnya
bergerak pada konstitusi, selama tak ada aturan yang melarang menteri
rangkap jabatan di parpol, kami memperjuangkan kader kami yang mampu
memimpin, rakyat pun hanya ingin menteri yang menyelesaikan masalah dan
kesejahteraan," terang Wasekjen PKB, Jazilul Fawaid, dalam rilis yang
diterima beberapa kantor berita online, Minggu (10/8/2014).
Jazil menjelaskan, jabatan
selevel menteri itu seperti leader, manajer, direktur sekaligus
pelaksana sebuah organisasi. Karena itulah, dalam pribadi seorang
pimpinan parpol dan kader parpol yang sudah terlatih dalam lingkungan
birokrasi internal.
Dia juga menepis anggapan yang menyebut kader
partai yang menjabat menteri tidak akan fokus mengurus rakyat. Jazil
yakin, dengan jam terbang mengelola organisasi yang tinggi, sosok
menteri dari kalangan parpol sudah terlatih membagi waktu secara
profesional. Dia yakin kader partai yang ditugaskan baik di eksekutif
maupun legislatif akan fokus di pos masing-masing.
"Masih ada ketua, sekjen, wasekjen, dan pengurus lain yang bisa fokus membantu tugas-tugas kepartaian," paparnya.
Atas
dasar itulah, dia meminta wacana yang belum punya aturan mengikat itu
tak diwujudkan. "Saya berharap ide-ide yang tidak diatur dalam
konstitusi tak dikembangkan karena menjadi kontraproduktif. Kami
mendukung jajaran menteri Jokowi harus fokus pada tugasnya. Tapi, kami
menolak ide tersebut, walaupun itu semua hak prerogatif presiden untuk
memilih pembantunya," harap Jazil.
Wacana ini tentu saja membuat
gusar PKB. Seperti diketahui, Muhaimin Iskandar, yang saat ini menjadi
Menakertrans juga merangkap jabatan sebagai ketua umum. Bila ke depan
dia ingin dicalonkan kembali sebagai menteri, otomatis dia harus
melepaskan jabatannya di internal partai.
Sebelumnya, Jokowi
menyatakan siapapun kader partai politik yang nantinya terpilih sebagai
menteri harus menanggalkan atribut partainya.
"Kalau saya ingin
agar yang menjadi menteri itu lepas dari partai politik," ujar Joko
Widodo atau sapaan akrabnya Jokowi usai melakukan rapat bersama Tim
Transisi Jokowi-JK di Kantor Transisi di Jalan Situbondo, Menteng,
Jakarta Pusat, Sabtu (9/8/2014).
Woy Admin... Kasih kritik boleh2 aja, tp ya nggak usah yg provokatif lah... Gak salah tuh pake istilah "Pencitraan" dan "Peti Mati"??? Yg pakai istilah Pencitraan itu kan orang2 yg benci Jokowi, lha apa situ memang salah satu dari Jokowi Haters? Kedua, kok bisa2nya Anda bilang jadi peti mati buat Jokowi? Memangnya hidup mati Jokowi sbg presiden tergantung dari parpol pendukung saja? Asal Anda tahu, yg dukung Jokowi (asal dia benar ya menjalankan tugasnya) bukan cuma parpol2 atau relawan2nya saja, tapi jg seluruh rakyat Indonesia. Jd kalau ada parpol pendukung yg gak tulus mendukung (apalagi PKB, sdh mulai kelihatan belangnya nih partai, ternyata tetap ada udang di balik batu mereka mendukung Jokowi di Pilpres kemarin, blm apa2 udah nyodorin nama2 aja, pdhl gak diminta, terus PKPI, kelihatan banget ternyata ngarepnya si Sutiyoso diangkat jd menteri), daripada akhirnya jd duri dalam daging, sekalian tegasin "tendang" mereka saja, biar rakyat yg menilai mana partai yg benar2 punya komitmen utk bangsa ini atau yg cuma mau cari kekuasaaan saja.
BalasHapus