Presiden Joko Widodo menyatakan siap menerima partai pendukung
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang ingin bergabung dengan kubunya. "Kami
terbuka. Semua yang ingin ikut membangun negara mesti kami terima,"
kata Jokowi setelah bertemu dengan sejumlah pengurus Dewan Pimpinan
Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Banten, Rabu, 16 Juli 2014.
Jokowi
mengakui saat ini ada beberapa partai pendukung Prabowo-Hatta yang
mendekat dan membangun komunikasi.
Namun dia enggan menyebutkannya. "Tak
usah sebut partai mana."
Sejak
sejumlah lembaga survei mengumumkan hasil hitung cepat pemilihan
presiden, bangunan koalisi pendukung Prabowo-Hatta goyah. Sejumlah
partai, seperti Golkar, Partai Persatuan Pembangunan dan Demokrat,
dilanda konflik internal. Di partai Golkar, sejumlah kader yang sejak
awal mendukung Jokowi-Kalla mendesak pergantian pimpinan partai.
Desakan
pergantian pimpinan melalui Musyawarah Nasional Golkar ini juga
didukung sejumlah politikus senior dan organisasi pendiri partai yang
tergabung dalam Tri Karya. Tri Karya mendesak Golkar segera menggelar
musyawarah nasional pada 4-8 Oktober 2014 untuk mengganti Ketua Umum
Aburizal Bakrie.
Selain
Golkar, Partai Persatuan Pembangunan juga ikut goyah. Konflik dukungan
yang sempat menguat sebelum pemilihan presiden kembali muncul. Kubu
Suharso Monoarfa yang sebelum pemilihan mendukung Jokowi-Jusuf Kalla
kembali menggaungkan seruan agar PPP segera merapat ke pasangan yang
diusung PDI Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai NasDem, Partai
Hati Nurani Rakyat, dan PKPI itu.
Sedangkan Partai Demokrat
mendekat melalui sejumlah kader yang terang-terangan mendukung
Jokowi-Kalla. Kegamangan Demokrat dalam mendukung Prabowo-Hatta salah
satunya terlihat saat deklarasi koalisi permanen partai pendukung
Prabowo di Tugu Proklamasi, Senin lalu. Saat itu deklarasi tak dihadiri
pengurus elite partai berlambang mirip logo Mercy tersebut. [tempo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar