Kamis, 21 November 2013

Antara Prabowo dan Jokowi

Apa yang dilakukan Prabowo Subianto – Megawati Soekarnoputri dengan menerjunkan ganda campuran Joko Widodo (Jokowi) – Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ini merupakan manuver politik dari sebuah strategi politik yang lebih luas lagi. Manuver politik ini sebenarnya lebih pas dibaca sebagai presentasi politik atas ide, gagasan atau pewacanaan konsep yang menuju dan mengarah pada format demokratisasi kebhinnekaan atau multikulturalisme yang keterwakilannya direpresentasikan oleh ganda campuran Jokowi – Ahok.
Begitupun apa yang dilakukan Prabowo Subianto dengan menerjunkan Ahok ke gelanggang Pilgub DKI 2012 ini merupakan presentasi politik atas gagasan visioner yang mengarah pada terbangunnya kehidupan demokratisasi atas dasar spirit kebhinnekaan atau multikulruralisme, yang keterwakilannya direpresentasikan oleh ganda campuran Jokowi-Ahok.
Bahkan harus kita akui bahwa terjunnya Ahok di gelanggang Pilgub DKI 2012 menjadi playmaker di ajang tersebut yang memberi kontribusi besar terhadap kemenangan pasangan ganda campuran ini. Ngomongin Jokowi jangan lupa peran Ahok sang playmaker.
Begitu pula kalau kita menyebut nama Jokowi, semua itu juga tidak lepas dari peran Prabowo yang dengan ketajaman intuisi politiknya memboyong dan menggotong walikota Solo ini maju berlaga di Pilgub DKI 2012 untuk kemudian dipasangkan dengan mantan Bupati Belitung Timur, Ahok, dan sukses meraih kemenangan. Termasuk bagaimana kemenangan pasangan Jokowi – Ahok di Pilgub DKI 2012, kemudian membawa dan melambungkan nama Jokowi sebagai tokoh nasional yang nama digadang-gadang dalam capres 2014 memang tidak lepas dari cerita dan realitas yang ada.
Bagaimanapun juga kemenangan Jokowi – Ahok di Pilgub DKI 2012, tidak lepas pula rangkaian di balik cerita politis asal muasal keberadaan duet pasangan ini. Termasuk kisah di balik cerita asal muasal melenggangnya walikota Solo ini sampai menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta. Di balik semua itu ada cerita politiknya. Sebagai wong Jowo yang pastinya Jokowi juga mengenal kearifan budaya lokal; kacang ojo lali lanjare!

Ditulis Oleh : Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, penulis lirik lagu, pendiri “Forum Apresiasi Musik Indonesia” (Formasi), untuk : tribunnews.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar