Tiga pekan memasuki masa kampanye Pilpres 2014, saling serang antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK semakin sengit saja. Terbaru adalah tudingan Ketua Progres 98 Faizal Assegaf bahwa Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri meminta Jaksa Agung Basrief Arief agar tidak menyeret Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dalam dugaan korupsi pengadaan Transjakarta.
Faizal mengaku mendapatkan informasi tersebut dari rekaman yang disampaikan salah seorang anak buah Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto. Namun anehnya, dia hanya menunjukkan transkrip yang dia klaim sebagai isi rekaman, bukan memperdengarkan rekaman itu kepada publik.
"Saya bertanggung jawab (atas rekaman itu). Soal palsu atau tidak itu makanya harus dibuktikan. Utusan KPK itu tidak mau menyebutkan namanya, bajunya putih ada tulisan KPK," papar Faizal di Gedung Kejaksaan Agung, Jakarta, kemarin.
Tidak hanya Megawati dan Bambang Widjojanto yang dituding Faizal, advokat senior Todung Mulya Lubis dan Ketua DPP PDIP Trimedya Panjaitan juga ikut dituduhnya. Siapa Faizal Assegaf sampai berani menuding segitu banyak tokoh?
Penelusuran merdeka.com, Faizal adalah mantan aktivis mahasiswa 1998. Bersama-sama rekannya sesama bekas aktivis, dia mendirikan Progres 98 yang berafiliasi denga Partai Gerindra. Nama Faizal juga tercatat sebagai salah satu editor di media online, visibaru.com.
Lewat Progres 98, Faizal banyak melakukan aksi yang menyorot perhatian publik. Kubu Jokowi-JK mengungkapkan Faizal adalah orang yang diduga pernah menerbitkan buletin yang cuma satu edisi untuk memfitnah Sri Mulyani dan Arifin Panigoro tiga tahun yang lalu.
"Publik harus mencatat kredibilitas Faizal Assegaf ini layak dipertanyakan," kata Juru Bicara Jokowi-JK Hasto Kristiyanto lewat pernyataan tertulis, Kamis (19/6/2014).
Faizal Assegaf juga dikenal sebagai pengkritik keras ketika Jokowi mengumumkan rekening dana kampanye. Bahkan, dia melaporkan Jokowi ke KPK atas pembukaan rekening tersebut.
Namun, kata Hasto, Faizal diam seribu bahasa ketika Prabowo-Hatta ikut-ikutan membuka rekening yang bisa menjadi ukuran transparan tidaknya pengelolaan dana kampanye pilpres.
"Jadi dia pasti berada di kubu seberang. Mudah ditebak bahwa serangan transkrip buatan itu bagian dari proyek menjatuhkan citra Jokowi," kata Hasto. [merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar