Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) beharap para investor Jepang lebih
banyak datang ke Indonesia dan melakukan investasi lebih banyak lagi ke
berbagai bidang. Demikian ungkapnya kepada suratkabar ekonomi Jepang
yang diterbitkan Nikkei 9 Januari 2014 lalu.
"Saya mengharapkan hubungan yang jauh lebih baik lagi dengan Jepang
terutama di bidang infrastruktur dan manufaktur," papar Jokowi yang sama
sekali tidak mau menyinggung soal pencalonan dirinya sebagai Presiden pada pemilu Juli 2014 mendatang.
Arsip terlengkap seputar kegiatan Jokowi mulai tahun 2013 hingga Jokowi Terindikasi Melindungi Koruptor.
Kamis, 09 Januari 2014
Jokowi Jujur Belum Punya Jurus Atasi Pengemis dan Anak Jalanan
Tak banyak pejabat yang berani mengakui kegagalannya. Namun Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo (Jokowi) berani mengakui masih ada beberapa masalah yang
belum bisa diselesaikannya, yakni persoalan pengemis dan anak jalanan.
"Saya ngomong apa adanya, memang belum terselesaikan," kata Jokowi saat ditanya soal solusi mengatasi pengemis dan anak jalanan di Jakarta.
Hal ini disampaikan Jokowi saat berkunjung ke redaksi TransTV di Jl Kapten Tendean No 12-14 A, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2014) petang.
"Saya ngomong apa adanya, memang belum terselesaikan," kata Jokowi saat ditanya soal solusi mengatasi pengemis dan anak jalanan di Jakarta.
Hal ini disampaikan Jokowi saat berkunjung ke redaksi TransTV di Jl Kapten Tendean No 12-14 A, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2014) petang.
JK: Keputusan Dampingi Jokowi Ada di Bu Mega
Mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar M Jusuf Kalla (JK) menegaskan
keputusan dirinya mendampingi Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi)
atau tidak sebagai calon wakil presiden (Cawapres) ada di tangan Ketua
Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Penegasan itu disampaikan JK menanggapi hasil survei yang selama ini beredar. Termasuk hasil simulasi survei yang dilakukan Cirus Surveyors Group kemarin, Kamis (9/1/2014).
Dalam survei yang digelar 20 November-30 Desember 2013 tersebut, JK berada di posisi puncak sebagai (Cawapres) sebagai pendamping Jokowi dengan tingkat keterpilihan (elektabilitas) 21,8 persen.
Penegasan itu disampaikan JK menanggapi hasil survei yang selama ini beredar. Termasuk hasil simulasi survei yang dilakukan Cirus Surveyors Group kemarin, Kamis (9/1/2014).
Dalam survei yang digelar 20 November-30 Desember 2013 tersebut, JK berada di posisi puncak sebagai (Cawapres) sebagai pendamping Jokowi dengan tingkat keterpilihan (elektabilitas) 21,8 persen.
Ini Kriteria Presiden Indonesia di Mata Jokowi
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menjadi salah satu kandidat
capres terkuat saat ini. Jokowi ternyata juga punya pandangan sendiri
tentang kriteria Presiden Indonesia ke depan.
"Harus berani mengambil keputusan dan berani mengambil risiko atas kebijakan yang diambil," kata Jokowi saat berkunjung ke redaksi Trans TV di Jl. Kapten Tendean no 12-14A, Jakarta, Kamis (9/1/2014).
Menurut Jokowi di Indonesia sudah banyak para pemikir dan perencana.
"Harus berani mengambil keputusan dan berani mengambil risiko atas kebijakan yang diambil," kata Jokowi saat berkunjung ke redaksi Trans TV di Jl. Kapten Tendean no 12-14A, Jakarta, Kamis (9/1/2014).
Menurut Jokowi di Indonesia sudah banyak para pemikir dan perencana.
Jokowi Blak-blakan Intens Bertemu Mega
Di tengah meroketnya elektabiltas dan dukungan pencapresan, Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo (Jokowi) tetap intens bertemu Ketum PDIP Megawati
Soekarnoputri. Apa yang dibahas?
"Saya ngomong apa adanya saja, dua hari ketemu, malam juga ketemu," kata Jokowi saat berkunjung ke redaksi Trans TV di Jl. Kapten Tendean No 12-14A, Jakarta, Kamis (9/1/2014).
Lalu pembicaraan apa saja yang dilakukan keduanya? Nah terkait hal ini Jokowi memilih menutup diri.
"Saya ngomong apa adanya saja, dua hari ketemu, malam juga ketemu," kata Jokowi saat berkunjung ke redaksi Trans TV di Jl. Kapten Tendean No 12-14A, Jakarta, Kamis (9/1/2014).
Lalu pembicaraan apa saja yang dilakukan keduanya? Nah terkait hal ini Jokowi memilih menutup diri.
Dukungan Makin Meluas, Jokowi Terkesan Menunggu Restu Mega
Dukungan terhadap pencapresan Joko Widodo (Jokowi) semakin meluas. Elektabilitas sang
Gubernur DKI itu juga terus meroket. Namun dia masih enggan blak-blakan
soal peluang maju di Pilpres 2014. Jokowi memilih menunggu keputusan
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Di partai sudah jelas keputusan seperti itu diputuskan oleh Ketua Umum Ibu Megawati," kata Jokowi saat ditanya apakah dirinya siap melangkah ke Pilpres 2014, merespons dukungan terhadap pencapresannya yang kian menguat.
Saat ditanya seandainya Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri menunjuknya sebagai capres, Jokowi pun tak mau menjawab. Demikian juga saat ditanya apakah dia akan mendengarkan suara rakyat agar nyapres, Jokowi lagi-lagi berkilah.
"Di partai sudah jelas keputusan seperti itu diputuskan oleh Ketua Umum Ibu Megawati," kata Jokowi saat ditanya apakah dirinya siap melangkah ke Pilpres 2014, merespons dukungan terhadap pencapresannya yang kian menguat.
Saat ditanya seandainya Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri menunjuknya sebagai capres, Jokowi pun tak mau menjawab. Demikian juga saat ditanya apakah dia akan mendengarkan suara rakyat agar nyapres, Jokowi lagi-lagi berkilah.
Jokowi: Pemprov Tetap Akan Menyubsidi Tiket TransJakarta
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, pihaknya tetap akan
memberikan subsidi kepada TransJakarta yang sudah berstatus Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) dan dalam proses pembentukan PT ini.
"Iya dapat. Dimanapun yang namanya transportasi tetap dapat subsidi," kata Jokowidi Balaikota, Kamis (9/1/2014).
Namun, perubahan status menjadi BUMD tentu TransJakarta dituntut untuk menjalankan usahanya secara mandiri tanpa bantuan dari pemerintah.
"Iya dapat. Dimanapun yang namanya transportasi tetap dapat subsidi," kata Jokowidi Balaikota, Kamis (9/1/2014).
Namun, perubahan status menjadi BUMD tentu TransJakarta dituntut untuk menjalankan usahanya secara mandiri tanpa bantuan dari pemerintah.
Jokowi Sangat Tersinggung
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menyatakan lebih mementingkan
pekerjaannya sebagai pemimpin Ibu Kota ketimbang urusan internal
partainya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Jokowi sangat
tersinggung ketika ada orang yang menyebutnya lebih mementingkan
partainya daripada mengurus persoalan di Jakarta.
Hal itu terjadi ketika Jokowi hendak bertolak dari kantornya di Balaikota Jakarta, Kamis (9/1/2014) sore. Wartawan menanyakan, apakah Jokowi semakin sibuk dengan urusan partai selama tahun 2014 sehingga dapat mengganggu pekerjaannya. Hal ini dikarenakan Jokowi sering diminta sebagai pembicara untuk partainya di sejumlah daerah jelang pemilihan umum tahun ini.
Hal itu terjadi ketika Jokowi hendak bertolak dari kantornya di Balaikota Jakarta, Kamis (9/1/2014) sore. Wartawan menanyakan, apakah Jokowi semakin sibuk dengan urusan partai selama tahun 2014 sehingga dapat mengganggu pekerjaannya. Hal ini dikarenakan Jokowi sering diminta sebagai pembicara untuk partainya di sejumlah daerah jelang pemilihan umum tahun ini.
Capai Titik Jenuh, Jokowi Harus Segera Dideklarasikan Jadi Capres
Pengamat politik, J Kristiadi melihat tingkat dukungan terhadap Gubernur
DKI Jakarta Joko Widodo sudah mulai mencapai titik jenuh. Diperkirakan,
elektabilitas Jokowi akan stagnan dan bahkan bisa saja menurun. Oleh
karena itu, satu-satunya cara untuk menjaga elektabilitas Jokowi adalah
dengan menetapkan mantan Wali Kota Solo itu sebagai calon presiden.
“Menurut saya, Jokowi sudah mencapai titik jenuh sebagai capres. Kalau ini dibiarkan dan tidak ada gebrakan politik berarti, seperti Ibu Mega menunjuk Jokowi sebagai capres, maka justru bisa menurun,” ujar Kristiadi di Jakarta, Kamis (9/1/2014).
“Menurut saya, Jokowi sudah mencapai titik jenuh sebagai capres. Kalau ini dibiarkan dan tidak ada gebrakan politik berarti, seperti Ibu Mega menunjuk Jokowi sebagai capres, maka justru bisa menurun,” ujar Kristiadi di Jakarta, Kamis (9/1/2014).
Jokowi Nyapres, Angka Golput Diyakini Turun
Tingginya elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) di seluruh lembaga survei diyakini
akan sangat menentukan dinamika Pemilu 2014. Salah satu yang berpengaruh
adalah tingkat partisipasi pemilih.
"Kalau sudah kelihatan sebelum Pileg nggak akan dicalonkan, tingkat partisipasi pemilih akan rendah. Kalau (Jokowi) dicalonkan, maka signifikan tingkatkan partisipasi pemilihnya," kata pengamat politik yang juga pendiri Cirus Surveyor Group, Andrinof Chanigo di Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakpus, Kamis (9/1/2014).
Menurutnya, fenomena Jokowi yang unggul di seluruh lembaga survei sejak tahun 2013 adalah anomali demokrasi yang tak pernah terjadi dalam sejarah proses Pemilu bahwa ada tokoh tak tersaingi merata elektabilitasnya dalam survei.
"Orang ingin pemimpin seperti Jokowi, ya hanya Jokowi," ujarnya.
"Kalau sudah kelihatan sebelum Pileg nggak akan dicalonkan, tingkat partisipasi pemilih akan rendah. Kalau (Jokowi) dicalonkan, maka signifikan tingkatkan partisipasi pemilihnya," kata pengamat politik yang juga pendiri Cirus Surveyor Group, Andrinof Chanigo di Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakpus, Kamis (9/1/2014).
Menurutnya, fenomena Jokowi yang unggul di seluruh lembaga survei sejak tahun 2013 adalah anomali demokrasi yang tak pernah terjadi dalam sejarah proses Pemilu bahwa ada tokoh tak tersaingi merata elektabilitasnya dalam survei.
"Orang ingin pemimpin seperti Jokowi, ya hanya Jokowi," ujarnya.
Teras Narang: Kenapa Sih Kami Didorong-dorong Mencapreskan Jokowi?
Derasnya dorongan ke PDIP untuk mencapreskan Joko Widodo (Jokowi) tak membuat partai
banteng moncong putih itu gegabah. PDIP sedang mencari tahu alasan di
balik derasnya dukungan untuk Jokowi.
"Bukan berarti PDIP pada saat ini tidak memperhatikan apa yang berkembang di masyarakat. Kita perhatikan kok. Tapi yang jadi pertanyaan, kenapa sih kita didorong-dorong terus atau dipaksakan untuk menentukan sikap," kata politikus PDIP Teras Narang di Hotel Harris, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2014).
"Bukan berarti PDIP pada saat ini tidak memperhatikan apa yang berkembang di masyarakat. Kita perhatikan kok. Tapi yang jadi pertanyaan, kenapa sih kita didorong-dorong terus atau dipaksakan untuk menentukan sikap," kata politikus PDIP Teras Narang di Hotel Harris, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2014).
Jokowi Perintahkan Satpol PP Bersihkan Atribut Parpol Mulai Pekan Depan
Berbagai atribut parpol sudah marak mewarnai setiap sudut Ibu kota
jelang pemilu 2014. Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, akan
memerintahkan Satpol PP untuk menertibkan bendera, spanduk, poster dan
alat peraga kampanye partai lainnya yang mengotori Jakarta mulai pekan
depan.
"Mulai minggu depan akan kita tertibkan," ujar Jokowi di Balai Kota DKI, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (9/1/2014).
"Mulai minggu depan akan kita tertibkan," ujar Jokowi di Balai Kota DKI, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (9/1/2014).
Jokowi Sebulan 5000x
Indonesia Indicator menguji mengapa elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) begitu
tinggi dan tak tertandingi oleh capres lain. Hasilnya, ternyata
pemberitaan Jokowi menjadi faktor signifikan yang menentukan.
Indonesia Indicator meneliti 365 media online nasional dan daerah untuk mengukur eksposure Jokowi di media. Pengumpulan data dilakukan selama 1 Januari-31 Desember 2013 dengan metode pelantik lunak carwler.
"Dalam setahun, jumlah pemberitaan Jokowi mencapai 60.642 berita atau rata-rata 5.000 setiap bulannya," kata Direktur Komunikasi Indonesia Indicator Rustika Herlambang di Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakpus, Kamis (9/1/2014).
Indonesia Indicator meneliti 365 media online nasional dan daerah untuk mengukur eksposure Jokowi di media. Pengumpulan data dilakukan selama 1 Januari-31 Desember 2013 dengan metode pelantik lunak carwler.
"Dalam setahun, jumlah pemberitaan Jokowi mencapai 60.642 berita atau rata-rata 5.000 setiap bulannya," kata Direktur Komunikasi Indonesia Indicator Rustika Herlambang di Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakpus, Kamis (9/1/2014).
Ragukan Kemampuan Jokowi, Zuhro: Perlu Dikaji Apakah Jokowi Bisa Menyelesaikan Masalah Indonesia
Peneliti Bidang Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Siti Zuhro, mengatakan Indonesia tengah dalam keadaan yang
memprihatinkan, dan membutuhkan pemimpin yang tepat untuk mebawa negeri
ini dari keterpurukan.
Masyarakat pun menyadari hal tersebut, dan berharap pemimpin-pemimpin yang bisa menjawab permasalahan itu menang di Pemilihan Umum 2014 ini.
Siti Zuhro dalam pemaparannya di konfrensi pers hasil survei nasional Indo Barometer "Efek Jokowi dan Kinerja Parpol Tiga Bulan Jelang Pemilihan Legislatif", di Hotel Harris Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2013), mengatakan bahwa Indonesia memiliki banyak pemimpin yang bagus yang digadang-gadang maju sebagai Calon Presiden, mulai dari Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD hingga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Hatta Rajasa. Namun sudah menjadi kesepakatan umum
bahwa yang paling populer adalah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi).
"Mengapa lalu sosok Jokowi sangat diakui, diharapkan, meskipin tidak dipromosikan oleh partainya," katanya.
Siti Zuhro menuturkan bahwa Presiden pertama republik ini, Sukarno muncul karena bisa menjawab permasalahan bangsa yang kala itu baru seumur jagung. Setelahnya rezim Suharto juga bisa memberikan jawaban soal pembangunan yang berkesinambungan. Namun pascareformasi, belum ada sosok pemimpin yang bisa menjawab tantangan zaman.
Masyarakat pun menyadari hal tersebut, dan berharap pemimpin-pemimpin yang bisa menjawab permasalahan itu menang di Pemilihan Umum 2014 ini.
Siti Zuhro dalam pemaparannya di konfrensi pers hasil survei nasional Indo Barometer "Efek Jokowi dan Kinerja Parpol Tiga Bulan Jelang Pemilihan Legislatif", di Hotel Harris Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2013), mengatakan bahwa Indonesia memiliki banyak pemimpin yang bagus yang digadang-gadang maju sebagai Calon Presiden, mulai dari Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD hingga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Hatta Rajasa. Namun sudah menjadi kesepakatan umum
bahwa yang paling populer adalah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi).
"Mengapa lalu sosok Jokowi sangat diakui, diharapkan, meskipin tidak dipromosikan oleh partainya," katanya.
Siti Zuhro menuturkan bahwa Presiden pertama republik ini, Sukarno muncul karena bisa menjawab permasalahan bangsa yang kala itu baru seumur jagung. Setelahnya rezim Suharto juga bisa memberikan jawaban soal pembangunan yang berkesinambungan. Namun pascareformasi, belum ada sosok pemimpin yang bisa menjawab tantangan zaman.
Dino: Saya Tak Berusaha Jadi Jokowi
Tak hanya Anies, peserta konvensi Demokrat lainnya, Dino Patti Djalal rupanya juga memperhatikan gerak-gerak Joko Widodo di setiap survei capres. Meski terus unggul, Dino tak berniat mengikuti cara Jokowi demi mendapatkan popularitas yang sama.
"Saya tidak akan berusaha menjadi Jokowi karena setiap politisi mempunyai kepribadian sendiri," ujar Dino dalam acara Meet The Press di Kantor Sekretariat Komite Konvensi Partai Demokrat, Jalan Pati Unus, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2014).
Dino justru mengaku senang jika melihat fenomena Jokowi saat ini. Apalagi, lanjut Dino, sebagai gubernur DKI kualitas Jokowi dinilai cukup menjanjikan.
"Saya tidak akan berusaha menjadi Jokowi karena setiap politisi mempunyai kepribadian sendiri," ujar Dino dalam acara Meet The Press di Kantor Sekretariat Komite Konvensi Partai Demokrat, Jalan Pati Unus, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2014).
Dino justru mengaku senang jika melihat fenomena Jokowi saat ini. Apalagi, lanjut Dino, sebagai gubernur DKI kualitas Jokowi dinilai cukup menjanjikan.
44,7 Persen Pemilih Demokrat Pilih Jokowi Sebagai Presiden
Cirus Surveyor Group melakukan simulasi terhadap elektabilitas 7 bakal
capres, kemudian mengujinya di 4 partai besar. Hasilnya, pilihan pertama
pemilih Demokrat justru memilih Jokowi sebagai presiden dengan angka
44,7 persen.
Keempat partai yang diuji adalah PDIP, Partai Golkar, Partai Gerindra dan Partai Demokrat. Sementara capres yang diuji adalah Joko Widodo, Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Megawati Soekarnoputri, Jusuf Kalla, Dahlan Iskan, dan Mahfud MD.
Keempat partai yang diuji adalah PDIP, Partai Golkar, Partai Gerindra dan Partai Demokrat. Sementara capres yang diuji adalah Joko Widodo, Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Megawati Soekarnoputri, Jusuf Kalla, Dahlan Iskan, dan Mahfud MD.
Begitu lihat jalan rusak, Jokowi telepon anak buahnya
Begitu mendapati
jalan sekitar TPU Budi Darma di Semper Timur, Cilincing, Jakarta Utara,
rusak parah sehingga menjadi berlumpur dan tergenang air setinggi
kira-kira 10 cm, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo segera menelepon
Kepala Dinas Pekerjaan Umum untuk segera memperbaikinya.
"Memang faktanya seperti itu bertahun-tahun. Yah, kalau kita tidak pernah ke bawah tidak pernah mengerti kalau ada jalan di Jakarta seperti itu"
"Memang faktanya seperti itu bertahun-tahun. Yah, kalau kita tidak pernah ke bawah tidak pernah mengerti kalau ada jalan di Jakarta seperti itu"
Surva-surve Cirus: Suara Jokowi 3x Lipat Prabowo
Cirus Surveyors Group melakukan survei tentang tokoh yang layak dipilih sebagai calon presiden (capres) 2014. Hasilnya, Joko Widodo ( Jokowi ) lagi-lagi di urutan teratas dengan 31,3 persen. Sementara Prabowo Subianto di urutan kedua hanya memperoleh 11,5 persen, atau hampir sepertiga dukungan untuk Gubernur DKI itu.
"Ketiga ada Aburizal Bakrie dengan 9,1 persen," jelas Direktur Riset Cirus Surveyors Group, Kadek Dwita Apriani, saat rilis hasil surveinya di kawasan Senayan, Jakarta, Kamis (9/1/2014).
"Ketiga ada Aburizal Bakrie dengan 9,1 persen," jelas Direktur Riset Cirus Surveyors Group, Kadek Dwita Apriani, saat rilis hasil surveinya di kawasan Senayan, Jakarta, Kamis (9/1/2014).
Warga Rawa Malang Curhat ke Jokowi
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi Hutan Kota Rawa
Malang, Semper, Jakarta Utara. Saat di sana, Jokowi menerima keluhan
warga tentang lokasi rumah mereka yang sering kebanjiran.
Tuti, salah seorang warga Rt 5 Rw 10 mengatakan, jalanan di lokasi rumah mereka ini tidak pernah bagus. Selain itu, lokasi rumah mereka yang berdekatan dengan Hutan Kota Rawa Malang dan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Budi Dharma ini selalu kebanjiran.
Tuti, salah seorang warga Rt 5 Rw 10 mengatakan, jalanan di lokasi rumah mereka ini tidak pernah bagus. Selain itu, lokasi rumah mereka yang berdekatan dengan Hutan Kota Rawa Malang dan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Budi Dharma ini selalu kebanjiran.
Kata Anies Baswedan, Jokowi Melejit Sebab Belum Punya Pesaing
Kandidat calon presiden Partai Demokrat, Anies Baswedan, siap bertarung
dengan capres partai manapun, termasuk Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
Namun Anies harus keluar menjadi pemenang konvensi capres Demokrat
sebelum bersaing dengan Jokowi.
Anies mengatakan, elektabilitas Jokowi saat ini melejit seorang diri karena belum ada tokoh yang mampu menyainginya. Capres lain yang telah menyatakan diri maju dalam Pemilihan Presiden 2014 relatif berasal dari generasi tua.
Anies mengatakan, elektabilitas Jokowi saat ini melejit seorang diri karena belum ada tokoh yang mampu menyainginya. Capres lain yang telah menyatakan diri maju dalam Pemilihan Presiden 2014 relatif berasal dari generasi tua.
Tjahjo Bantah Sinyalemen Jokowi Tentang Adanya Kader Internal PDIP Yang Cemburu
Wacana duet Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dalam Pilpres 2014 menimbulkan gesekan di internal PDIP. Jokowi mengakui ada pihak-pihak di elite PDIP yang tak senang dengan kedekatannya dengan Mega.
Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo membantah sedang terjadi kekisruhan diinternal karena kedekatan Mega dan Jokowi. Dia menegaskan, tak ada sebutan elite di partainya.
Tjahjo mengatakan, tak ada masalah dengan hubungan Mega dan Jokowi. Menurut dia, kedekatan keduanya wajar karena sesama kader partai.
"Tidak ada elite PDIP. Apa alasannya?" ujar Tjahjo kepada merdeka.com, Kamis (9/1/2014).
Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo membantah sedang terjadi kekisruhan diinternal karena kedekatan Mega dan Jokowi. Dia menegaskan, tak ada sebutan elite di partainya.
Tjahjo mengatakan, tak ada masalah dengan hubungan Mega dan Jokowi. Menurut dia, kedekatan keduanya wajar karena sesama kader partai.
"Tidak ada elite PDIP. Apa alasannya?" ujar Tjahjo kepada merdeka.com, Kamis (9/1/2014).
Ahok: Enak Kalau Jokowi Presiden, Saya Gubernur
Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan menggantikan tugas Joko Widodo (Jokowi) sebagai gubernur, akan lebih enak. Itu tentunya, jika Jokowi maju dan lolos sebagai presiden dalam Pemilu 2014.
Meski sekadar berandai-andai, namun Ahok menaruh harapan untuk dapat membangun Kota Jakarta. Hal serupa juga akan terjadi jika Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo yang menjadi presiden.
Meski sekadar berandai-andai, namun Ahok menaruh harapan untuk dapat membangun Kota Jakarta. Hal serupa juga akan terjadi jika Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo yang menjadi presiden.
Mau Jadi Cawapres Jokowi? Ini Jawaban Anies Baswedan
Peserta konvensi capres PD Anies Baswedan menyatakan akan
mempertimbangkan menjadi cawapres Gubernur DKI Jakarta Jokowi. Namun
Anies menunggu deklarasi pencapresan Jokowi.
"Pak Jokowi saja belum dijadikan capres sama PDIP. Ya, mudah-mudahan Pak Jokowi jadi Capres PDIP. Setelah itu baru saya komentar apakah akan berdampingan atau tidak," ujar Anies di Sekretariat Konvensi PD, Jl. Pati Unus No 75, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2014).
Anies menyatakan bahwa dirinya tak memandang latar belakang seseorang.
"Pak Jokowi saja belum dijadikan capres sama PDIP. Ya, mudah-mudahan Pak Jokowi jadi Capres PDIP. Setelah itu baru saya komentar apakah akan berdampingan atau tidak," ujar Anies di Sekretariat Konvensi PD, Jl. Pati Unus No 75, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2014).
Anies menyatakan bahwa dirinya tak memandang latar belakang seseorang.
Tinjau Hutan Kota di Semper, Jokowi Janji Buatkan Jalan yang Mulus
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi), kembali blusukan ke Cilincing.
Kamis (9/1/2014) Kali ini sasarannya hutan taman kota yang terletak di Rawa
Malang, tepatnya di Jalan TPU Budi Dharma RT 05/10, Semper Timur,
Cilincing, Jakarta Utara. Kedatangan orang nomor 1 di DKI Jakarta itupun
tak luput dari serbuan warga yang ingin berlomba-lomba bersalaman atau
sekedar foto bersama.
Kepada Jokowi warga minta agar jalan menuju ke hutan taman kota diperbaiki.
Kepada Jokowi warga minta agar jalan menuju ke hutan taman kota diperbaiki.
Ahok Bangga Elektabilitas Jokowi Naik Meski Banjir Dimana-mana
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku senang dengan naiknya elektabilitas pasangannya Joko Widodo (Jokowi). Alasannya, dengan hasil itu, Ahok mengklaim kerja mereka selama setahun terakhir dinilai baik oleh masyarakat.
"Alhamdulillah. Berarti kerja kami setahun di sini, dinilai ok. Walau banjir masih di mana-mana dan genangan di mana-mana," ungkap Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (9/1/2014).
"Alhamdulillah. Berarti kerja kami setahun di sini, dinilai ok. Walau banjir masih di mana-mana dan genangan di mana-mana," ungkap Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (9/1/2014).
Tak Ada yang Sanggup Hadapi Jokowi
Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa
Bakti, menyatakan, saat ini tidak ada satu pun tokoh publik di republik ini yang
sanggup hadapi popularitas Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI)
Jakarta, Joko Widodo (Jokowi).
"Enggak ada satu pun yang bisa saingi popularitas Jokowi saat ini," ujar Professor Riset di bidang Politik itu ketika dihubungi Kamis pagi (9/1/2014). Menurutnya, hanya ada dua kemungkinan popularitas Jokowi dapat disaingi oleh tokoh publik lainnya.
"Enggak ada satu pun yang bisa saingi popularitas Jokowi saat ini," ujar Professor Riset di bidang Politik itu ketika dihubungi Kamis pagi (9/1/2014). Menurutnya, hanya ada dua kemungkinan popularitas Jokowi dapat disaingi oleh tokoh publik lainnya.
Surva-surve Indobarometer: Tak Capreskan Jokowi, PDIP Gulung Tikar
Pencapresan Gubernur DKI Joko Widodo rupanya menjadi kunci kemenangan PDIP di Pemilu 2014. Survei yang dilakukan Indo Barometer menunjukkan PDIP bakal kalah kalau tak mencapreskan Jokowi di 2014.
"Jika Joko Widodo tidak dicalonkan PDIP sebagai capres, maka Golkar (20,8%), disusul PDIP (19,6%), PKB (9,6%), dan Gerindra (7,5%). Sedangkan Demokrat (5,8%)," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, dalam publikasi hasil surveinya di Hotel Harris, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2014).
Survei dilaksanakan di 34 provinsi di seluruh Indonesia pada 4 – 15 Desember 2013 dengan jumlah responden sebanyak 1.200 orang. Margin of error survei ini sekitar 3,0% pada tingkat kepercayaan 95%.
"Jika Joko Widodo tidak dicalonkan PDIP sebagai capres, maka Golkar (20,8%), disusul PDIP (19,6%), PKB (9,6%), dan Gerindra (7,5%). Sedangkan Demokrat (5,8%)," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, dalam publikasi hasil surveinya di Hotel Harris, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2014).
Survei dilaksanakan di 34 provinsi di seluruh Indonesia pada 4 – 15 Desember 2013 dengan jumlah responden sebanyak 1.200 orang. Margin of error survei ini sekitar 3,0% pada tingkat kepercayaan 95%.
Surva-sure Indobarometer: PDIP Tembus 35,8% Asal Jokowi Tunggangannya
Lembaga survei Indo Barometer mempublikasikan survei seputar
elektabilitas parpol jika Jokowi dicapreskan PDIP. Hasilnya mengagetkan,
PDIP bisa menembus 35,8% jika lekas mendeklarasikan Joko Widodo (Jokowi) sebagai
capres.
"Jika Joko Widodo dicalonkan sebagai capres PDIP, maka suara PDIP meningkat menjadi 35,8%, Golkar 15,8%, Gerindra 7,9%, dan Demokrat 4,6%," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, dalam publikasi hasil surveinya di Hotel Harris, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2014).
"Jika Joko Widodo dicalonkan sebagai capres PDIP, maka suara PDIP meningkat menjadi 35,8%, Golkar 15,8%, Gerindra 7,9%, dan Demokrat 4,6%," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, dalam publikasi hasil surveinya di Hotel Harris, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (9/1/2014).
Baliho 'Jokowi for Presiden' Marak Terpampang di Ngawi
Sebanyak 19 baliho raksasa berukuran 4 x 6 yang berisi foto Gubernur
DKI Jakarta Joko "Jokowi" Widodo dan Bupati Ngawi Budi Sulistyono,
terpajang di sejumlah jalan protokol setempat.
Baliho yang bertuliskan Jokowi Calon Presiden RI 2014-2019 itu, memang sengaja dipasang relawan Jokowi di Ngawi, sejak Kamis (9/1/2014).
Para relawan itu, sengaja memasang baleho raksasa itu sebagai bentuk dukungan agar Jokowi ditetapkan sebagai calon presiden (capres) dari PDI Perjuangan.
Baliho yang bertuliskan Jokowi Calon Presiden RI 2014-2019 itu, memang sengaja dipasang relawan Jokowi di Ngawi, sejak Kamis (9/1/2014).
Para relawan itu, sengaja memasang baleho raksasa itu sebagai bentuk dukungan agar Jokowi ditetapkan sebagai calon presiden (capres) dari PDI Perjuangan.
PDIP Jateng Minta Jokowi Diganti
Sekretaris PDI Perjuangan Jawa Tengah, Agustina Wilujeng, meminta pengurus pusat mengganti Joko Widodo (Jokowi) yang selama ini menjabat Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah PDIP Jawa Tengah. "Sebab, Jokowi diminta bisa konsentrasi sebagai gubernur di DKI Jakarta," kata Sekretaris PDIP Jawa Tengah itu kepada Tempo, Kamis (9/1/2014).
Menurut Agustina, jabatan Jokowi mengemban amanat sebagai Gubernur DKI Jakarta akan menyulitkan dia aktif di kepengurusan PDIP Jawa Tengah. Sebab, setiap pengurus harus bisa aktif datang dalam rapat-rapat pengurus PDIP Jawa Tengah.
Menurut Agustina, jabatan Jokowi mengemban amanat sebagai Gubernur DKI Jakarta akan menyulitkan dia aktif di kepengurusan PDIP Jawa Tengah. Sebab, setiap pengurus harus bisa aktif datang dalam rapat-rapat pengurus PDIP Jawa Tengah.
Surva-surve: Skenario Mega-Jokowi Rontokkan Elektabilitas PDIP!
Skenario Mega-Jokowi yang digaungkan elite PDIP di akhir tahun 2013
berdampak pada elektabilitas banteng moncong putih. Elektabilitas PDIP
menurun cukup tajam.
Survei yang dirilis Litbang Kompas pada Kamis (9/1/2014), menunjukkan elektabilitas PDIP di akhir tahun 2013 menurun menjadi 21,8%, padahal sempat berada di angka 23,6% pada pertengahan tahun 2013 lalu.
Pada kisaran survei ini dilakukan, isu Mega-Jokowi sedang mengamuka. Apakah isu itu berefek pada penurunan elektabilitas PDIP?
Survei yang dirilis Litbang Kompas pada Kamis (9/1/2014), menunjukkan elektabilitas PDIP di akhir tahun 2013 menurun menjadi 21,8%, padahal sempat berada di angka 23,6% pada pertengahan tahun 2013 lalu.
Pada kisaran survei ini dilakukan, isu Mega-Jokowi sedang mengamuka. Apakah isu itu berefek pada penurunan elektabilitas PDIP?
Oh Ternyata KJS Jauh Lebih Unggul dari JKN
Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah dicanangkan sejak per 1 Januari 2014. Sejak dicanangkan itu, ada sejumlah kelemahan dan kekurangan dikeluhkan oleh masyarakat.
Contohnya sistem JKN yang dilakukan pemerintah pusat melalui BPJS tidak dapat membackup penyakit tertentu dan justru masyarakat diwajibkan menyetor iuran per bulan.
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengakui memang ada perbedaan antara JKN dengan KJS yang ia buat. Jokowi menyebut, KJS lebih andal dibandingkan dengan JKN yang sama-sama memberikan layanan kesehatan terhadap masyarakat.
"Memang di lapangan masalah masyarakat merasakan ada perbedaan.
Contohnya sistem JKN yang dilakukan pemerintah pusat melalui BPJS tidak dapat membackup penyakit tertentu dan justru masyarakat diwajibkan menyetor iuran per bulan.
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengakui memang ada perbedaan antara JKN dengan KJS yang ia buat. Jokowi menyebut, KJS lebih andal dibandingkan dengan JKN yang sama-sama memberikan layanan kesehatan terhadap masyarakat.
"Memang di lapangan masalah masyarakat merasakan ada perbedaan.
PDIP Surabaya Pilih Jokowi, PDIP Jatim? Galau!
Sekretaris PDI Perjuangan Jawa Timur Kusnadi mengatakan Megawati Soekarnoputri dan Joko Widodo (Jokowi) merupakan figur yang dirindukan oleh masyarakat. "Baik Megawati maupun Jokowi sama-sama dirindukan publik Jawa Timur," kata Kusnadi saat dihubungi, Kamis (9/1/2014).
Mengenai hasil-hasil survei calon presiden yang selalu menempatkan Jokowi pada posisi teratas, Kusnadi mengaku ikut bangga. "Saya juga ikut bangga bahwa ada kader PDIP yang mendapat simpati publik. Itu sangat menggembirakan," kata dia.
Mengenai hasil-hasil survei calon presiden yang selalu menempatkan Jokowi pada posisi teratas, Kusnadi mengaku ikut bangga. "Saya juga ikut bangga bahwa ada kader PDIP yang mendapat simpati publik. Itu sangat menggembirakan," kata dia.
Jokowi Akui Masih Banyak 'Sungai' yang Melanda Jakarta Usai Hujan Deras
Hujan yang mengguyur kota Jakarta pada Rabu (8/1) kemarin seketika
menimbulkan banyaknya genangan di beberapa titik ibukota. Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan hal itu memang masih terjadi
meski saat ini pihaknya tengah gencar melakukan normalisasi waduk dan
penataan saluran air serta membuat sumur resapan.
Banyaknya genangan dan timbulnya banjir di Jakarta karena proses penataan sungai, waduk dan saluran air belum sepenuhnya optimal. Terlebih hal ini harus dikerjakan secara terintegrasi antara Jakarta, pemerintah pusat dan daerah hulu (Bogor).
Banyaknya genangan dan timbulnya banjir di Jakarta karena proses penataan sungai, waduk dan saluran air belum sepenuhnya optimal. Terlebih hal ini harus dikerjakan secara terintegrasi antara Jakarta, pemerintah pusat dan daerah hulu (Bogor).
Arus Bawah PDIP Minta Mega Legowo Deklarasikan Jokowi
Skenario duet Mega-Jokowi di Pilpres 2014 ditentang kader PDIP sendiri.
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri (66) diminta legowo melepas tiket
capres PDIP ke Jokowi (52).
"Kami hanya menyampaikan suara dan aspirasi yang berkembang di daerah kami. Kami mengharapkan, Ibu Mega sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan yang memiliki hak preogratif untuk menetapkan capres dari PDI Perjuangan mendengarkan aspirasi di daerah kami," kata Wakil Ketua DPC PDIP Jakarta Barat, Dedi Obray, dalam siaran pers, Kamis (9/1/2014).
"Kami hanya menyampaikan suara dan aspirasi yang berkembang di daerah kami. Kami mengharapkan, Ibu Mega sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan yang memiliki hak preogratif untuk menetapkan capres dari PDI Perjuangan mendengarkan aspirasi di daerah kami," kata Wakil Ketua DPC PDIP Jakarta Barat, Dedi Obray, dalam siaran pers, Kamis (9/1/2014).
PDIP Jakarta Barat Deklarasikan Pro Jokowi Capres
Satu per satu DPD dan DPC PDIP menyatakan dukungan ke pencapresan Joko
Widodo (Jokowi). Kali ini DPC PDIP Jakarta Barat yang menegaskan sikap
mendukung pencapresan Gubernur DKI itu.
"Aspirasi masyarakat di daerah kami, sangat antusias mendukung Jokowi sebagai capres. Itu yang saya dengar setiap kali kami menjumpai masyarat, dari pedagang kaki lima sampai perumahan-perumahan yang ada di Jakarta Barat. Gerakan Pro Jokowi ini murni aspirasi arus bawah," kata Wakil Ketua DPC PDIP Jakarta Barat, Dedi Obray, dalam siaran pers, Kamis (9/1/2014).
"Aspirasi masyarakat di daerah kami, sangat antusias mendukung Jokowi sebagai capres. Itu yang saya dengar setiap kali kami menjumpai masyarat, dari pedagang kaki lima sampai perumahan-perumahan yang ada di Jakarta Barat. Gerakan Pro Jokowi ini murni aspirasi arus bawah," kata Wakil Ketua DPC PDIP Jakarta Barat, Dedi Obray, dalam siaran pers, Kamis (9/1/2014).
Surva-surve: Elektabilitas Melorot, Apa Komentar PDI-P?
Survei yang dilakukan Litbang Kompas pada Desember 2013 tidak
menunjukkan korelasi positif antara elektabilitas Gubernur DKI Jakarta
Joko Widodo alias Jokowi yang terus meroket dan elektabilitas PDI
Perjuangan (PDI-P). Elektabilitas partai berlambang banteng moncong putih ini bahkan dalam survei tersebut justru menurun.
Apa kata PDI-P? Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P Eriko Sotarduga mengatakan, elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) tinggi karena dihadapkan pada pilihan figur. Saat ini, pemilih di Indonesia masih sangat bergantung pada figur yang ditawarkan.
Apa kata PDI-P? Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P Eriko Sotarduga mengatakan, elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) tinggi karena dihadapkan pada pilihan figur. Saat ini, pemilih di Indonesia masih sangat bergantung pada figur yang ditawarkan.
PDIP Surabaya Yakin Jokowi Calon Presiden 2014
Ketua Dewan Pengurus Cabang PDI Perjuangan Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana yakin bahwa Joko Widodo (Jokowi) bakal melenggang menjadi calon presiden karena partai berlambang banteng bermoncong putih itu sudah pasti akan mengusungnya. "Dilihat dari tingkat popularitasnya, tidak ada alasan lagi untuk tidak menempatkan Jokowi sebagai calon presiden,” kata Wisnu yang juga Wakil Wali Kota Surabaya itu kepada Tempo di ruang kerjanya, Kamis (9/1/2014).
PDIP Lebak Usulkan Megawati-Jokowi Jadi Capres dan Cawapres 2014
Dewan Pengurus Cabang PDI Perjuangan Kabupaten Lebak menilai Megawati Soekarnoputri layak sebaiknya dicalonkan pada Pemilihan Presiden 2014. Adapun Megawati nantinya dipasangkan dengan kadernya yakni Joko Widodo (Jokowi) yang kini menjabat Gubernur DKI Jakarta.
"Karena itu, kami berharap Megawati untuk dicalonkan kembali pada Pemilihan Presiden 2014," kata Wakil Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDI-P Ade Suryana di Rangkasbitung, Kamis (8/1/2014).
"Karena itu, kami berharap Megawati untuk dicalonkan kembali pada Pemilihan Presiden 2014," kata Wakil Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDI-P Ade Suryana di Rangkasbitung, Kamis (8/1/2014).
Tanggapi Surva-surve: PDIP Tak Kuatir Elektabilitasnya Turun
Survei Litbang Kompas menunjukkan adanya penurunan
elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dari 23,6
persen pada Juni 2013 menjadi 21,8 persen pada Desember 2013. Terkait
hasil survei ini, PDI-P menyatakan tak terlalu khawatir dengan perolehan
suaranya kelak.
"Ini masih sangat wajar karena penurunan angkanya masih ada di batas margin of error. Sangat wajar kalau turun 2-3 persen, kecuali kalau turunnya jauh sekali baru dipertanyakan apa yang salah. Tapi, kalau ini, kami menyikapi biasa saja," ujar Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P Eriko Sotarduga saat dihubungi, Kamis (9/1/2014).
"Ini masih sangat wajar karena penurunan angkanya masih ada di batas margin of error. Sangat wajar kalau turun 2-3 persen, kecuali kalau turunnya jauh sekali baru dipertanyakan apa yang salah. Tapi, kalau ini, kami menyikapi biasa saja," ujar Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P Eriko Sotarduga saat dihubungi, Kamis (9/1/2014).
Surva-surve: Megawati dan Jokowi Penentu Peta Politik 2014
Figur Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati
Soekarnoputri dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) akan menjadi penentu
peta politik pada Pemilu 2014.
Bagi partai kompetitor PDI-P, cara paling rasional untuk memenangi pemilu adalah dengan mendorong PDI-P mengusung Megawati sebagai calon presiden. Setidaknya demikian, bila merujuk tren dukungan bagi para kandidat dan partai berdasarkan survei yang digelar harian Kompas pada 2012 sampai 2013.
Bagi partai kompetitor PDI-P, cara paling rasional untuk memenangi pemilu adalah dengan mendorong PDI-P mengusung Megawati sebagai calon presiden. Setidaknya demikian, bila merujuk tren dukungan bagi para kandidat dan partai berdasarkan survei yang digelar harian Kompas pada 2012 sampai 2013.
Surva-surve: Tren Suara Jokowi dan PDI-P Berkebalikan
Dukungan untuk Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) terus melejit seandainya pemilu digelar hari ini, setidaknya berdasarkan rangkaian survei yang digelar Kompas. Namun, tren serupa tak terjadi untuk partai yang membesarkannya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Bila suara Jokowi melompat dari 17,7 persen menjadi 43,5 persen dalam rentang waktu setahun, 2012 hingga 2013, dukungan untuk PDI-P justru melorot pada paruh tahun kedua perjalanan survei. Padahal, hingga setengah perjalanan 2013, partai ini mampu memikat para pemilih rasional untuk memilihnya, jika pemilu digelar saat itu.
Pada Desember 2012, rilis pertama rangkaian survei Kompas mendapati dukungan untuk PDI-P pada kisaran 13,3 persen.
Bila suara Jokowi melompat dari 17,7 persen menjadi 43,5 persen dalam rentang waktu setahun, 2012 hingga 2013, dukungan untuk PDI-P justru melorot pada paruh tahun kedua perjalanan survei. Padahal, hingga setengah perjalanan 2013, partai ini mampu memikat para pemilih rasional untuk memilihnya, jika pemilu digelar saat itu.
Pada Desember 2012, rilis pertama rangkaian survei Kompas mendapati dukungan untuk PDI-P pada kisaran 13,3 persen.
Jokowi dan "Personality Politics" Penentu Pemilu Presiden 2014
Kepribadian kandidat dinilai bakal menjadi penentu dalam Pemilu Presiden 2014 di Indonesia. Kondisi itu dikenal sebagai personality politics.
"Sosok yang paling berkharisma (dan) mampu menggugah perhatian warga yang akan terpilih," kata Associate Professor Leonard Sebastian, Direktur Program Studi Indonesia di Rajaratnam School of International Studies, Singapura, akhir pekan lalu.
Sebastian mengatakan, pemilu Indonesia tidak ditentukan oleh ideologi ataupun platform partai politik. Contoh personality politics yang berlangsung di Indonesia, sebut dia, adalah melejitnya popularitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi).
"Sosok yang paling berkharisma (dan) mampu menggugah perhatian warga yang akan terpilih," kata Associate Professor Leonard Sebastian, Direktur Program Studi Indonesia di Rajaratnam School of International Studies, Singapura, akhir pekan lalu.
Sebastian mengatakan, pemilu Indonesia tidak ditentukan oleh ideologi ataupun platform partai politik. Contoh personality politics yang berlangsung di Indonesia, sebut dia, adalah melejitnya popularitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi).
Langganan:
Postingan (Atom)