Setelah diguncang berbagai kasus mega korupsi dan lembeknya kepemimpinan nasional, langkah penting yang harus ditempuh Partai Demokrat (PD) jelang pemilu 2014 adalah mendongkrak elektabilitas partai.
Salah satu komponen penting untuk mengingkatkan elektabilitas partai adalah calon presiden yang akan dimunculkan oleh partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pada pemilu 2014. Tanpa calon presiden yang handal, bisa dipastikan PD tak akan dapat meraup suara lebih dari 10% pada pemilu 2014. Menurut hampir semua survei yang digelar, perolehan suara PD pada pemilu 2014 hanya dikisaran 7%.
Salah satu trik yang dipakai PD untuk memperoleh calon presiden yang dapat menaikkan perolehan suara pada pimilu 2014 adalah mengimport calon presiden dari manapun, melalui jalur konvensi PD yang rencananya akan digelar pada bulan kelahiran SBY, September 2013 ini.
Tanpa konvensi, PD tidak mempunyai apa apa untuk amunisi pada pemilu 2014, di lain fihak, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang pada tahun 2004 berhasil digembosi oleh SBY dengan drama serial "Megawati zolimi SBY", kini keadaannya berbalik. PDIP mendapatkan berlimpah amunisi akibat meroketnya salah satu kader mereka yang bernama Joko Widodo (Jokowi), yang saat ini mendapat kepercayaan mepimpin ibukota negeri ini. Tak tanggung-tanggung, keperkasaan Jokowi merambah di seluruh pelosok negeri, bahkan gaungnya sampai di manca negara
.
PD Ingin Lahirkan Capres 'Penakluk' Jokowi
Partai Demokrat (PD) yakin konvensi capres PD akan melahirkan capres potensial. Bahkan yang mampu mengalahkan elektabilitas Jokowi.
"Konvensi capres akan melahirkan tokoh yang mampu menandingi elektabilitas Jokowi," kata Wasekjen PD Saan Mustopa, Jumat (2/8/2013).
Jokowi yang saat ini menjadi maharaja diperbagai survei capres yang pernah diadakan di negeri ini, elektabilitas Jokowi semakin hari semaki meroket dan meninggalkan capres potensial lain seperti Prabowo Subianto bahkan meninggalkan junjungannya sendiri, Megawati Soekarnoputri.
"Saya yakin pasti akan menandingi Jokowi, kalau Prabowo dan Mega kan sudah kalah dari Jokowi," kata Saan.
Konvensi capres PD sendiri akan digelar pada bulan kelahiran SBY, yaitu September 2013. Saat ini PD sudah mengantongi 12 nama calon peserta konvensi capres PD. Sejauh ini tokoh yang ikut konvensi capres PD dinilai masih lemah elektabilitasnya. Jangankan mengungguli Jokowi, elektabilitas mereka maksimal hanya berada di bawah betis Jokowi, sekitar 5% saja, sebagian besar bahkan masih Nol Koma.
"Tapi konvensi kan belum mulai. Mereka semua akan sosialisasi jadi masih panjang waktu untuk melahirkan capres yang mampu menandingi Jokowi," tandasnya.
Tokoh yang sudah memastikan ikut konvensi capres PD adalah Marzuki Alie, Ahmad Mubarok, Hayono Isman, Pramono Edhie Wibowo (internal PD), Gita Wirjawan, Irman Gusman (profesional). Sementara tokoh dari parpol lain seperti Mahfud MD (PKB), Endriartono Sutarto (NasDem), dan Yusril Ihza Mahendra (PBB), masih menunggu syarat resmi ikut konvensi capres PD.
Persyaratan ikut konvensi capres PD memang cukup rumit. Peserta harus nonaktif selama proses konvensi dan mundur dari parpol asal jika menang konvensi.
PD Yakin Konvensi Lahirkan 'Penakluk' Jokowi
Konvensi Partai Demokrat dinilai akan sulit mencari tokoh yang bisa menaklukkan elektabilitas Jokowi. Namun, anggota Dewan Pembina PD Melani Leimena, meyakini akan lahir tokoh dari konvensi yang bisa melumpuhkan Jokowi.
"Tetap ada harapan, itu kita harapkan. Kalau nggak bisa mengalahkan (Jokowi), ngapain ada konvensi? Kita harus bisa kalahkan," kata anggota Dewan Pembina PD Melani Leimena di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (2/8/2013).
Menurutnya, elektabilitas tiap tokoh yang akan ikut dalam konvensi tentu akan dilihat oleh Komite Konvensi melalui lembaga survei, mekanisme penjaringan itulah yang diharapkan lahir tokoh potensial yang bisa maju sebagai capres PD pada 2014.
"Kita lihat nanti hasil konvensi, yang menang sebagai capres akan didorong dengan promosi habis-habisan," ucapnya.
Melanie menuturkan, elektabilitas Jokowi sebagai capres memang tinggi dalam berbagai survei, tapi belum tentu keunggulan Jokowi berlanjut sampai 2014, yaitu pada saat pilpres digelar, bahkan Melani tak percaya jika Jokowi punya elektabilitas di Papua.
"Ada eranya. Jokowi mungkin populer tapi apakah itu yang diinginkan masyarakat, kita belum survei seluruh Indonesia. Jokowi populer di Jakarta dan beberapa daerah pasti, tapi apa sampai Papua?," ucap Wakil Ketua MPR itu.
Mubarok Pesimis Bisa Unggul, Apalagi Jadi Penakluk Jokowi
Meski didukung 3 konglomerat untuk ikut konvensi capres PD, namun anggota Wanbin PD Ahmad Mubarok tak mau muluk-muluk memasang target. Dia tak mengejar memenangkan konvensi capres PD, apalagi mengungguli Joko Widodo yang kabarnya akan dicapreskan PDIP.
"Nggak, saya nggak mau tandingan sama Jokowi. Konglomerat yang mendukung juga untuk sosialiasi saja nggak seberapa," kata Mubarok, Jumat (2/8/2013).
Mubarok ikut konvensi capres PD hanya untuk membangkitkan semangat kebersamaan. Dia tak ingin terlibat persaingan dengan tokoh lain, meskipun tak menolak jika menang pada konvensi capres PD.
"Saya nggak memasang target menang. Kalau saya kalah saya jadi tim sukses pemenang konvensi, kalau saya menang ya itu panggilan sejarah," katanya.
Sebelumnya diberitakan PD memasang target melahirkan tokoh potensial yang sanggup menaklukkan Jokowi. Menurut pengamat politik Hamdi Muluk, cukup berat konvensi capres PD bisa melahirkan tokoh sekelas Jokowi yang elektabilitasnya terus meroket.
Mubarok berpendapat, penilaian tersebut kurang objektif. "Belum bisa dilihat, karena kita belum tahu siapa saja peserta konvensi capres PD dan Pilpres masih jauh," katanya.
Mengenai Jokowi, menurut Mubarok, elektabilitasnya belum tentu bertahan di 2014. Jokowi saat ini sedang digandrungi masyarakat Jakarta, namun pada akhirnya masyarakat akan menilai kinerjanya.
"Jokowi kan euforia, jadi wajar saja seperti itu. Nanti lihat setahun lagi Jakarta seperti apa, kalau dia berhasil baru terlihat," ujar Mubarok menganalisis.
Hayono Isman Tak Mau Kejar Elektabilitas Jokowi
Anggota Dewan Pembina PD Hayono Isman yang menyatakan siap ikut konvensi capres, menanggapi santai elektabilitas Jokowi di berbagai survei yang pernah digelar di negeri ini. Menurutnya, keinginannya ikut konvensi tidak untuk menaklukkan Jokowi.
"Saya ikut konvensi bukan untuk mengalahkan atau mengejar elektabilitas siapa pun termasuk Jokowi. Saya konsen di diri saya sendiri bagaimana tingkatkan elektabilitas saya yang masih 0,7 prsen," kata Hayono Isman, Jumat (2/8/2013).
Hayono juga tak ingin menganggap Jokowi maupun tokoh yang akan ikut capres PD sebagai ancaman, baginya siapapun pesaingnya sama-sama berhasrat untuk menjadi presiden dan memperbaiki bangsa.
"Kita jangan anggap pesaing sebagai ancaman, di benak saya pesaing bukan ancaman. "Tetapi bagaimana membangun persahabatan," tuturnya.
Soal modal, Hayono menyebut punya modal kepercayaan dan jaringan untuk bisa mengalahkan tokoh lain dalam konvensi capres Partai Demokrat.
"Saya gunakan modal saya yang disebut kepercayaan dan jaringan. Sejak usia muda saya telah merintis karier saya sebagai politisi. Aktif di berbagai organisasi kepemudaan maupun di orgainisasi masyarakat dan profesi, termasuk gerakan koperasi dan partai politik," ucap Hayono.
"Saya juga terpilih menjadi anggota legislatif tiga kali periode (2009-2014) dan pernah dipercaya sebagai Menteri Pemuda & Olahraga," imbuhnya.
Gita Wirjawan Seperti Yang Lain
Konvensi capres PD didesain untuk memunculkan capres kompetitif yang sanggup menaklukkan Jokowi. Mampukah Menteri Perdagangan Gita Wirjawan yang sudah memastikan ikut konvensi capres menjadi 'penakluk' Jokowi?
"Belum ada persiapan, undangan resminya juga belum ada," kata Gita kepada wartawan di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (2/8/2013).
Hal ini disampaikan Gita saat ditanya apakah mampu menandingi elektabilitas pemuncak survei capres saat ini yakni Jokowi. Gita enggan bicara banyak soal persiapannya menghadapi konvensi capres PD.
"Begitu nerima undangan resmi baru kita bahas soal ini," lanjut Gita.
Gita sendiri mengaku sampai saat ini masih banyak urusan. Maklum sebagai Menteri Perdagangan, Gita harus menghadapi kenaikan harga menjelang lebaran.
"Sampai sekarang saya masih sibuk ngurusin stabilitas harga," tandasnya.
PD ingin melahirkan capres penakluk Jokowi melalui konvensi capres. Namun menurut sejumlah pengamat langkah ini tidaklah mudah karena peserta konvensi capres PD belum ada yang cukup kompetitif di survei capres
.
Bathoegana Bandingkan Elektabilitas Jokowi dengan SBY di Tahun 2004
Ketua
DPP Partai Demokrat Sutan Bathoegana menyatakan optimis konvensi PD
bisa menjaring tokoh yang bisa menaklukkan Jokowi. Namun, Sutan menilai
Jokowi baru layak 'ditaklukkan' kalau sudah memperoleh elektabilitas
lebih dari 50 persen.
"Sekarang berapa survei Jokowi? Kalau sudah 50
persen ke atas bolehlah dia begitu (layak ditaklukkan). SBY mau jadi
capres 2004 saja 60 persen waktu itu, dan ternyata betul," kata Sutan
Bathoegana, Jumat (2/8/2013).
Menurut Sutan, Jokowi yang unggul di
berbagai survei capres belum tentu pada kenyataan di masyarakat bawah
dia diinginkan. Karena itulah Demokrat menggelar survei dan meminta
kandidatnya turun ke masyarakat bawah.
"Itu kan survei diwakili 2000
orang, yang ikut Pemilu ini banyak seluruh Indonesia. Rakyat kecil nggak
ngerti survei. Inilah digelar konvensi agar tokoh itu turun ke bawah
mulai September nanti. Jokowi ini kan hanya di Jakarta saja," kritiknya.
Namun
Sutan mengatakan, konvensi bukan soal mencari tokoh yang bisa
menaklukkan Jokowi atau tidak, tetapi tokoh yang layak diusung sebagi
capres pada Pemilu 2014.
"Kita tidak ada berpikir untuk kalahkan
Jokowi, tujuan kita memenangkan 2014. Nggak ada cerita Jokowi itu,
biarkan Jokowi dengan partainya," ucap Ketua Komisi VII DPR itu.
Tanggapan PDIP : PD Cari Capres 'Penakluk' Jokowi,
PD berjibaku menggelar konvensi untuk mencari calon presiden 2014 yang bisa menaklukkan elektabilitas Jokowi. PDIP menanggapi santai masalah tersebut.
"Bagi PDIP elektabilitas (Jokowi) memang aspek yang penting, tapi jauh lebih penting menghadirkan tokoh yang bisa mengelola negara yang saat ini sudah masuk jebakan impor pangan dan energi," kata Wasekjen PDIP Hasto Kristianto, Jumat (2/8/2013).
Menurutnya, parpol manapun sah-sah saja memikirkan Pilpres 2014, tetapi mereka jangan lupa masalah yang dihadapi bangsa saat ini. Ia menyindir tokoh yang berhasrat menjadi capres tapi lupa pada tanggung jawabnya di pemerintahan.
"Bagaimana kalau orang yang bertanggung jawab pada masalah impor pangan saja tidak becus, ingin jadi capres?" sindirnya.
Sejauh ini, hanya ada satu tokoh peserta konvensi capres PD yang mengurus impor pangan, yakni Menteri Perdagangan Gita Wirjawan. Namun Hasto tak langsung menyebut sengaja menyindir manuver politik Gita menatap Pilpres 2014.
Kembali soal penakluk Jokowi, Hasto menuturkan PDIP tak ingin buru-buru menentukan capres maupun cawapres untuk 2014. Ada yang lebih penting dipikirkan meski PDIP tahu betul dan betul-betul tahu kalau Jokowi sangat potensial.
"Masalah yang dihadapi saat ini lebih penting dari hanya sekedar elektabilitas capres. Bagaimana bisa mengelola pemerintah yang bisa membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang, bagaimana mencari pemimpin yang berani menolak impor cabai dan beras seperti zaman Soekarno," ucap Hasto.
Apa Kabar Gerindra
Sejumlah survei membuktikan elektabilitas Jokowi tak tertandingi di negeri ini. Bagaimana dengan Prabowo, yang mengkalim sebagai ayah angkat Jokowi, mampukah Prabowo?
"Ya tidak tahu, kita harus memastikan kalau dapat mandat dari rakyat. Apa yang rakyat inginkan itu yang terbaik," kata Wasekjen Gerindra, Aryo Djojohadikusumo, kepada wartawan usai berbuka puasa bersama anak yatim di sekitar Jl Panjang, Jakarta Barat, Jumat (2/8/2013).
Lalu apakah Gerindra memandang Jokowi sebagai ancaman? Hasyim menjawab diplomatis.
"Ancaman apa. Rakyat kan inginkan yang terbaik," kata keponakan capres Gerindra Prabowo Subianto ini.
Lalu siapa yang terkuat di Pilpres 2014 nanti, apakah Prabowo mampu mengungguli Jokowi? "Kita tunggu putusan rakyat," jawabnya.