Seorang guru honorer di Tegal, Siti Saerullah, menyampaikan keluhannya
kepada calon presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia mengatakan sudah menjadi
guru selama sepuluh tahun, namun belum juga menjadi Pegawai Negeri
Sipil (PNS).
Dia mengungkapkan, dia belum menjadi PNS padahal
kawan-kawannya yang juga sebagai guru honorer sudah diangkat menjadi
PNS. Siti pun mengeluh lantaran penghasilannya hanya sekitar seratus
ribu tiap bulannya.
"Saya sudah jadi honorer K2 sejak tahun 2004.
Padahal kawan saya sudah ada yang lolos, tapi saya ndak lolos.
Penghasilan saya sekitar seratus ribu per bulan. Kami dari honorer guru
dan guru bantu minta diangkat," kata Siti di kawasan Tegal, Jawa Tengah,
Kamis (19/6/2014).
Mendengar aspirasi tersebut, Jokowi melakukan
klarifikasi mengenai kampanye hitam kepadanya. Dia mengatakan tidak akan
ada penghapusan kepada tunjangan guru. Karena tunjangan itu seharusnya
dinaikkan, bukannya malah dihapus.
Jokowi menegaskan, kasus
seperti guru honorer ini memprihatinkan. Sebab mereka telah mengabdi
kepada dunia pendidikan namun masih belum ada kemakmuran yang diterima.
Jokowi menganggap kasus seperti ini tidak hanya terjadi di Pekalongan,
tetapi juga di seluruh Indonesia.
"Ini harus segera diselesaikan
karena beliau-beliau (guru honorer) ini telah mengabdi pada dunia
pendidikan lama sekali tapi dengan penghasilan yang sangat minim, sekali
seratus sampai dua ratus ribu. Bayangkan inilah fakta yang kita
hadapi," tegasnya.
Mantan wali kota Solo ini menjanjikan akan
membantu nasib guru honorer jika memang mendapatkan mandat dari rakyat.
Walaupun begitu, Jokowi mengingatkan, bukan serta merta guru honorer
diangkat, tetapi tetap melalui prosedur yang berlaku.
"Meskipun akan diangkat tetap ada prosedur dan proses yang dilalui. Tapi tetap akan kita angkat," tutupnya. [merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar