Pakar psikologi politik Hamdi Muluk menilai duet ideal bagi Joko
Widodo adalah dengan Jusuf Kalla. Karena keduanya akan saling
melengkapi, berani dan tegas dalam mengambil keputusan.
"Seperti SBY-JK, seolah ada matahari kembar. Istilah ini muncul
karena Presiden SBY tidak tegas dan tidak berani mengambil keputusan,
sehingga kemudian diambil-alih oleh JK dan JK mampu memanfaatkan peluang
itu," kata pakar psikologi politiknya di gedung Parlemen Senayan
Jakarta, Kamis (24/4/2014).
Karena itu, tambah Hamdi Muluk, duet ideal bagi Jokowi adalah dengan
JK. Diyakini, JK tidak akan dominan karena Jokowi berani dan tegas dalam
mengambil keputusan.
"Kecuali, kalau Jokowi memberi ruang, maka kepemimpinan SBY-JK bisa
terulang. Jadi, pemerintahan ke depan tergantung pada presiden terpilih,
dan wapres bisa melengkapi kekurangannya. Toh, yang akan membuat
keppres tetap presiden, dan tidak ada yang namanya kepwapres," katanya.
Hamdi menjelaskan, jika berbicara capres dan cawapres yang ideal berdasarkan voting behavior maka berpijak pada dua hal penting. Yaitu restrospektif dan prospektif.
Untuk restrospektif seorang figur harus dilihat dari rekam jejak atau
latar belakangnnya sejak lahir sampai dewasa sekarang ini. Apakah dia
memiliki kemampuan, kompetensi, integritas, moral, jujur, amanah, tenang
dan tidak mudah emosional dan sebagainya.
Sedangkan prospektif, seorang figur harus dilihat apa yang akan
dikerjakan ke depan. Jadi, visi, misi dan program kerja yang akan
dilakukan oleh capres-cawapres itu harus dipahami rakyat, agar kita
tidak membeli kucing dalam karung, ujarnya.
Namun demikian, untuk cawapres tersebut tergantung pada capresnya
sebagai pengantin, apakah cocok, chemistry atau tidak dengan pasangannya
tersebut. [republika]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar