Joko Widodo (Jokowi) dipastikan bakal kalah telak dan ditinggalkan oleh para pendukungnya dalam Pilpres mendatang kalau berpasangan dengan figur cawapres yang merupakan bagian dari masalah, dan usianya jauh lebih tua dari Jokowi sendiri.
Figur Jokowi yang selama ini dikenal prorakyat dan image PDIP sebagai partai rakyat jelata dan sikap kenegarawanan Megawati sebagai queen maker akan jatuh dan ternoda kalau Jokowi berpasangan dengan figur seperti itu, apalagi kalau hanya didasarkan pada pertimbangan transaksional, karena disebut-sebut figur tersebut sangat mampu mendukung pendanaan PDIP untuk memenangkan Pilpres.
Demikian pendapat peneliti senior dari Lingkar Studi Perjuangan (LSP) I Gede Aradea Permadi Sandra kepada wartawan di DPR RI Senayan, Kamis (24/4/2014).
‘’Itu merupakan langkah mundur yang akan membuat rusak citra Jokowi, Megawati, dan PDIP,’’ kata Gede Sandra.
Kenapa merusak dan Jokowi akan ditinggalkan oleh para pendukungnya serta masyarakat luas?
"Karena selama ini masyarakat menilai integritas Jokowi baik dan bersih serta punya keberpihakan kepada rakyat. Kalau cawapresnya nanti figur KKN, sudah mendekati uzur. Maka Jokowi akan ditinggalkan, masyarakat lebih baik jadi Golput,’’ ujarnya.
Dia menekankan, kemenangan Jokowi dalam Pilpres sangat ditentukan pula oleh siapa figur cawapres yang akan mendampinginya. Jangan sampai figur yang pernah kalah dalam Pilpres 2009 yang lalu malah dijadikan pasangan Jokowi.
"Jokowi jangan dipasangkan dengan figur ‘bekas’ . Itu akan jadi blunder, merusak’,’ katanya.
Hal lainnya, Jokowi jangan dipasangkan dengan figur yang propencabutan subsidi BBM, yang tidak berpihak kepada rakyat, lagi pula bukankah PDIP merupakan partai yang paling dikenal oleh masyarakat sebagai partai yang gigih menolak kenaikan BBM.
Ditambahkan, karena tantangan utama bangsa ini saat ini adalah persoalan ekonomi (kesejahteraan) sebaiknya cawapres Jokowi adalah figur yang bersih, memahami Trisakti, punya jaringan internasional yang luas, berkompeten, dan mampu melengkapi karakter Jokowi serta membantunya, bukan mengkooptasinya untuk kepentingan pribadi dan kelompok, misalnya untuk memperkuat jaringan bisnis (nepotisme), berkolusi, dan korupsi.
"Jangan pilih pebisnis, saudagar, atau pengusaha untuk jadi cawapres Jokowi,’’ ujar Gede Sandra.[tribunnews]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar