Selebaran yang menyebut calon presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo, akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak andai terpilih sebagai Presiden beredar di Semarang, Jawa Tengah. Selebaran itu, antara lain, ditemukan di samping mesin ATM Bank Rakyat Indonesia cabang Pandanaran, Semarang.
Menurut petugas jaga Bank BRI cabang Pandanaran, Winarno, selebaran tersebut akhirnya diamankan.
"Selebaran ini diamankan. Karena memang pihak bank melarang selebaran berbentuk apapun diletakan di dalam ATM," kata dia saat ditemui Okezone, Senin (16/6/2014).
Winarno menambahkan selebaran tersebut ditemukan pada Minggu 15 Juni malam. Di selebaran itu, isi pernyataan Jokowi tersebut sudah dimuat dalam situs media online nasional. Namun, di bawah berita itu ditambahkan catatan bahwa harga BBM akan dinaikkan hingga Rp10 ribu.
Seorang tukang parkir di bank BRI cabang Pandaranan, Tri, menyatakan berkeberatan apabila harga BBM harus dinaikkan. "Saya keberatan mas. Kami kan orang kecil mas. Kalau BBM naik otomatis harga-harga kebutuhan akan naik," ungkap Tri di kesempatan terpisah.
Tri memperkirakan seluruh masyarakat kecil bakal menolak kenaikan harga BBM. Namun, ia mengaku hanya bisa pasrah jika BBM akhirnya dinaikkan. "Saya paling pasrah saja. Kalau BBM jenis premiun dinaikkan jadi Rp10 ribu, terus yang Pertamax akan berapa harganya," ungkap Tri.
Sementara itu, relawan Jokowi-Jusuf Kalla menyatakan tidak mau terpancing dengan isu BBM yang menyerang pasangan capres mereka. Ketua Rumah Koalisi Indonesia Hebat Jawa Tengah, Ahmad Robbani Albar, menyatakan isu kenaikan BBM dibikin oleh elit-elit politik yang bersebrangan dengan Jokowi.
"Mau tidak mau, suka atau tidak suka, pemain politik itu senjata kalau tidak (gulirkan isu) rakyat miskin ya BBM. Kalau kalangan elit pasti isu-isu BBM. Itu terjadi sudah dari orde lama, orde baru, sampai reformasi," ungkap dia saat ditemui di sekretariatnya di Jalan Pandanaran, Semarang.
Menurut Albar, pemimpin yang bijaksana itu tidak akan terpengaruh dengan isu-isu BBM. Albar menyatakan pemimpin Indonesia harus bisa mencontoh Malaysia, Singapura, dan Amerika, dalam mengendalikan harga BBM.
"Contoh Malaysia, Singapura, Amerika. Harga BBM pasti lebih mahal dari Indonesia. Tapi karena masyarakat pola pikirnya sudah maju, bisa beli, tidak masalah. Logikakan saja, kalau kerjaan ada, penghasilan ada, pasti makan enak di restoran, tapi kalau pekerjaan enggak ada, duit enggak ada, nasi kucing saja tidak bisa beli," ungkap dia mencontohkan. [Okezone, milik Hary Tanoe]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar