Belakangan ini setidaknya ada sembilan lembaga survei yang merilis
temuannya terkait elektabilitas Prabowo Subianto-Hatta Rajasa
(Prabowo-Hatta) dan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) di Pemilu
Presiden (Pilpres) 2014. Dari hasil survei Sembilan lembaga tersebut,
mayoritas yakni sebanyak tujuh lembaga survei merilis keunggulan
pasangan Jokowi-JK.
Hanya dua survei saja yang pasangan Prabowo-Hatta
unggul.
Menurut Direktur Ekskutif Indo Barometer M Qodari, tren elektabilitas
Jokowi-JK terus naik mendekati hajatan pilpres. Demikian juga
elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta.
Hanya saja, Jokowi-JK lebih unggul di hampir semua segmen pemilih dan
di hampir semua provinsi strategis sehingga pasangan nomor urut dua itu
yang lebih punya peluang memenangi Pilpres.
"Hasil survei, memang hampir sama jika metodenya sama. Itu bisa
dilihat bagaimana angkanya tidak terlalu jauh, dan posisinya yang di
atas ya Jokowi-JK," kata Qodari, di Jakarta, Jumat (20/6/2014).
"Soal belakangan ini ada yang berbeda, silakan dilihat track record
dari lembaga surveinya untuk melihat akurasinya. Kalau kemudian
pasangan Jokowi-JK dikatakan unggul oleh tujuh lembaga survei dan sejauh
ini punya track record yang kredibel, berarti memang sejauh ini yang unggul adalah Jokowi-JK," katanya.
Qodari menjelaskan, Jokowi sudah unggul dalam berbagai survei dalam
waktu lebih dari satu tahun dengan lawan yang relatif sama yakni ada
nama Prabowo dalam berbagai survei sebelumnya. Dan kini ketika sudah
mengerucut menjadi hanya dua pasang calon, Jokowi juga tetap unggul.
Dengan kondisi dimana pemilih sudah terfragmentasi pada masing-masing
personifikasi figur Jokowi yang dianggap merakyat dan sederhana dan
figur Prabowo yang dianggap tegas, maka sudah sangat kecil ada pengaruh
signifikan di pemilih untuk beralih ke pilihan lain dari apa yang sudah
ditentukan sekarang ini.
"Jadi mengacu pada itu, biasanya tak ada perubahan signifikan, tetapi
dalam politik ya bisa saja, tetapi itu perbandingannya satu diantara
20," ujarnya.
Menurut dia, dalam waktu tersisa, kampanye yang dilakukan memang
masih bisa mempengaruhi pilihan masyarakat. Tetapi yang paling mungkin
berubah adalah mereka yang masih mengambang yang mana jumlahnya sudah
tidak terlalu signifikan.
Dan itupun sangat kecil kemungkinan suara mengambang akan secara
bulat menentukan pilihannya ke satu calon saja, tetapi akan terbagi
kepada kedua pasang calon entah berapapun persentasenya.
"Sehingga, jarak elektabilitas di atas 10 persen antara Jokowi-JK dan
Prabowo-Hatta butuh kerja keras untuk bisa menempelnya, apalagi untuk
menyalipnya," terangnya.
Seperti diketahui, tujuh survei yang telah dirilis dengan angka
elektabilitas Jokowi-JK unggul adalah; Populi Center di mana
elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta 36,9% dan Jokowi-JK 47,5%, kemudian
survei SSSG di mana elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta hanya 28,35%
sedangkan Jokowi-JK 42,65%.
Lalu, survei ARC di mana pasangan Prabowo-Hatta hanya memperoleh
dukungan 29% dan Jokowi-JK 38,8%. Pasangan Jokowi-JK juga unggul di
survei yang dilakukan Cyrus Networks di mana pasangan Prabowo-Hatta
dukungan respondennya hanya 41,1%, dan Jokowi-JK mencapai 53,6%.
Terakhir, tiga lembaga survei yang merilis hasil surveinya dengan
temuan keunggulan pasangan Jokowi-JK adalah Lingkaran Survei Indonesia
(LSI), Pol Tracking, dan Indo Barometer.
Dalam survei LSI,elektabilitas Prabowo-Hatta 38,7% dan Jokowi-JK 45%.
Adapun di survei Pol Tracking, pasangan Prabowo-Hatta elektabilitasnya
41,1% dan Jokowi-JK 48,05%. Lalu di survei Indo Barometer, pasangan
Prabowo-Hatta elektabilitasnya hanya 36,5% dan Jokowi-JK 49,9%.
Sementara dua survei yang mengunggulkan Prabowo-Hatta adalah LSN di
mana elektabilitas Prabowo-Hatta mencapai 46,6% dan Jokowi-JK 38,8%,
serta survei PDB yang merilis elektabilitas Prabowo-Hatta 31,8% dan
Jokowi-JK 29,9%. [beritasatu]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar