Peneliti Centre for Strategic and International Studies, Philips J.
Vermonte, memprediksi calon presiden Joko Widodo akan kembali dihantam
kampanye hitam soal agama seperti saat pemilihan kepala daerah DKI
Jakarta lalu. Kampanye hitam waktu puasa, kata dia, semakin mampu
menggerus elektabilitas pasangan nomor urut dua ini.
"Seperti di
pilkada Jakarta lalu, selisih antara Jokowi dan Fauzi Bowo tipis karena
suara Jokowi tergerus selama bulan puasa dengan kampanye SARA," kata
Philips ketika ditemui seusai diskusi politik di bilangan Kebayoran,
Jakarta Selatan, Sabtu, 28 Juni 2014.
Philips
mengatakan kampanye hitam di bulan puasa kali ini akan semakin parah
karena orang-orang yang di pilkada Jakarta akan semakin gencar menyerang
Jokowi. Tim kampanye Jokowi, diduga Philips, akan sulit meminimalisir
kampanye hitam bila hanya melibatkan dua kandidat.
Menurut
Philips, kampanye hitam hanya bisa dicegah oleh dua belah pihak
kandidat. Calon presiden Prabowo Subianto maupun Joko Widodo harus
berani tegas melarang relawannya melakukan kampanye hitam ke kandidat
lain.
Dia mencontohkan John McCain yang berani mengusir dari
ruangan setelah relawannya meneriakkan Barack Obama adalah muslim saat
di pemilihan presiden Amerika Serikat.
Philips mengatakan tradisi
di Amerika ini tak ada di Indonesia. "Kalau di Indonesia, lawannya
diserang dengan kampanye hitam malah menikmati," ujar Philips. Tim
kampanye masing-masing calon malah membiarkan bahkan menikmati kandidat
lain mendapatkan kampanye hitam.
Sebelumnya,
Jokowi pernah diserang isu SARA terkait agama dan keturunan Tionghoa.
Melalui gambar yang menyerupai berita duka di surat kabar, Jokowi
dikatakan meninggal. Hal yang menarik perhatian tak hanya pernyataan
Jokowi meninggal, tetapi juga ada bagian di mana Jokowi disebut sebagai
warga Indonesia keturunan Tionghoa beragama Nasrani. Jokowi, dalam
berita duka itu, disebut sebagai Ir. Herbertus Joko Widodo alias Oey
Hong Liong. [tempo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar