Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyatakan
tidak ada yang salah dengan kinerja Joko Widodo sebagai gubernur.
Menurut dia, temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Anggaran
Pendapan Belanja Daerah (APBD) tahun 2013 tidak ada sangkut-pautnya
dengan kinerja koleganya.
"Tidak
ada yang salah sama Pak Jokowi, kok," ujar Ahok, sapaannya di Balai
Kota, Senin (23/6/2014).
Ia pun mencontohkan benarnya Jokowi dalam
mengelola APBD. "Kalau kamu punya perusahaan, kamu mau pekerjakan
pegawai profesional. Kamu membayar akuntan publik tidak untuk audit?
Bayar, kan? Nah, jika perusahaan terbuka, harus akuntan publik yang
tercatat resmi baru boleh dipakai. Tujuannya supaya mengetahui anak buah
Anda nyolong apa enggak. Jadi, kalau instruksi jelas lalu diaudit ketemu berarti tidak ada masalah."
Menurut
Ahok, hasil audit BPK cenderung bersifat politis. "Ini karena Pak
Jokowi (sapaan Joko Widodo) ikut pemilihan presiden saja makanya jadi
ramai," ujarnya.
Ia juga mencibir pihak yang menginginkan Jokowi
mundur sebagai gubernur karena mendapat rapor merah dari BPK. Salah satu
yang dicibir adalah Ketua Fraksi Partai Gerindra Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Mohammad Sanusi. "Sanusi itu konyol. Dia ingin saya
menjadi gubernur, padahal saya ingin jadi saya," ucapnya.
Ahok
juga mengapresiasi kinerja BPK dalam mengaudit. BPK, menurut dia,
sekarang bekerja lebih teliti dibandingkan sebelumnya. "Dulu hanya
periksa aset, sekarang surat dan dokumen saja diperiksa oleh mereka,"
katanya.
Seperti diketahui, di hari jadinya ke-487, Jakarta
mendapat kado pahit dari BPK. Temuan BPK atas APBD DKI 2013 menunjukkan
ada 86 proyek yang ganjil sehingga berpotensi merugikan daerah dengan
nilai total Rp 1,54 triliun. Temuan itu terdiri atas temuan berindikasi
kerugian daerah Rp 85,36 miliar, potensi kerugian daerah Rp 1,33
triliun, kekurangan penerimaan daerah Rp 95,01 miliar, dan 3E (tidak
efektif, efisien, dan ekonomis) alias pemborosan Rp 23,13 miliar.
Temuan-temuan
yang mencolok pada era Gubernur Jokowi itu terdapat di Dinas
Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perumahan, dan Dinas
Perhubungan. [tempo]
Pantas saja sebelum Pak Jokowi jadi Gubenur DKI kok gak ada pembangunan yang kelihatan, ternyata banyak bocor di Birokrasinya toh. Setelah pak Jokowi jadi Gubenur dan Ahok jadi Wagubnya yang dibuka secara transparant jadi kelihatan Bobroknya Birokrasi di DKI. Mungkin banyak birokrasi di daerah lain tidak jauh beda dengan DKI.
BalasHapus