Kaum profesional Jakarta yang sebelumnya memiliki harapan akan
kinerja Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) ternyata tidak senang
mantan wali kota Solo itu mencalonkan diri jadi calon presiden (capres).
Sebanyak 41 persen kaum profesional di Ibu Kota menurut survei dari
Populi Center menyesalkan Jokowi bakal "meninggalkan" Jakarta.
"Kaum profesional meskipun jumlahnya sedikit dalam konteks opini
publik dalam asumsi kami ini sangat menentukan," kata Usep Ahyar,
peneliti Populi Center dalam acara publikasi bertajuk "Survei Persepsi
Kaum Profesional di Jakarta Terhadap Preferensi Politik dan Perbandingan
Persepsi Publik Indonesia" di Jakarta, Kamis (3/4/2014).
Survei terhadap para kaum profesional dilakukan 27 Maret hingga 2
April tahun ini dengan wawancara tatap muka di lima kota di DKI Jakarta.
Jumlah responden 1.200 orang dengan posisi jabatan staf, manajer,
direktur, dan kepala dengan berbagai bidang kerja. Metode pemilihan
responden dilakukan sesuai dengan karakteristik kaum profesional seperti
metode snowballing, haphazard, maupun interval waktu.
Padahal dalam survei itu selama menjabat gubernur di Jakarta, 80
persen kaum profesional Jakarta setuju kinerja Jokowi tidak hanya
pencitraan. Namun setelah mantan dia diresmikan sebagai calon presiden
dari PDIP, 41 persen profesional tidak senang, meski 49 persen masih
tetap suka Jokowi, sementara 10 persen menjawab tidak tahu.
Namun saat dilemparkan pertanyaan pilihan kandidat presiden, dari
tiga nama yang diajukan dan dianggap cukup populer oleh Populi Center,
kaum profesional masih tetap memilih Jokowi. Sejumlah 48,67 persen
responden profesional memilih Jokowi, 27,33 persen memilih Prabowo
Subianto, 7 persen memilih Aburizal Bakrie sementara sisanya menjawab
tidak tahu.
"Titik tekan bukan di kelas menengah tapi kaum profesional, bukan kelas ekonomi tapi orang yang bekerja," kata Usep lagi.
Dia menambahkan pendanaan survei yang mereka lakukan berasal dari
dana internal Yayasan Populi dan sumbangan dari kalangan profesional.
Dalam rilis survei ini hadir pula Ketua Populi Center Nico Hardjanto
dan pengamat komunikasi politik Effendi Ghazali sebagai penanggap.
Sumber :
beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar