Calon presiden (capres) RI asal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP), Joko Widodo (Jokowi) menganggap bahwa memimpin Indonesia cukup
simpel. Kuncinya hanya mengikuti konstitusi dan aturan yang ada seperti
Pancasila, Undang undang Dasar (UUD 1945), Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), dan prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Sayangnya hal ini
justru dibuat rumit, terutama oleh pihak yang turut campur dan
menegosiasikan aturan-aturan yang ada.
"Sehingga masalah justru tidak terselesaikan," kata Jokowi seperti
diungkapkan politisi PDIP Eva Kusuma Sundari, di Jakarta, Kamis (3/4/2014)
malam.
Topik itu disampaikan Jokowi ketika berbincang bersama sejumlah rekan
dan kolega di kediaman musisi Iwan Fals, di Depok, Jawa Barat semalam.
Bagi Jokowi, kata Eva, kepribadian yang bercermin pada nasionalisme
merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Sementara masalah utama Indonesia
saat ini justru terletak para pemimpinnya yang miskin kepribadian
nasional.
"Banyak yang tidak konsisten, sehingga kebudayaan bangsa berupa nilai-nilai luhur tidak berkembang," kata dia.
Hal itu yang membuat Jokowi dan Iwan Fals sama-sama prihatin atas
makin memudarnya implementasi Pancasila dan kebhinekaan di antara
masyarakat.
Jokowi kata Eva, selalu mengedepankan persoalan kebangsaan. Hal itu
dibuktikann ketika berkunjung ke museum-museum saat memulai kampanye di
pemilihan gubernur DKI Jakarta lalu.
"Dari situ dia menyadari bahwa kekuatan di bidang maritim-lah yang
mengantar kejayaan Majapahit dan Sriwijaya di masa lampau. Indonesia
negara besar dengan kekuatan sendiri," jelas Eva.
Sumber :
beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar