Pengamat Politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menilai, tak ada jaminan bila Jokowi jadi presiden akan lepas dari pengaruh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Sebab, Jokowi dibesarkan dari kultur budaya Jawa dan menjunjung tinggi ewuh pakewuh (sungkan).
"Saya berpendapat bahwa aspek budaya akan perilaku manusia, termasuk perilaku pengambilan keputusan bila Jokowi jadi presiden. Jokowi dibesarkan oleh budaya-budaya Jawa dan sungkan terhadap sesuatu, terlebih Megawati," ujar Emrus di sela-sela diskusi di Cikini, Jakarta, Kamis (3/4/2014).
Lebih lanjut, dosen politik UPH itu menegaskan, tak ada jaminan bila Jokowi jadi capres saat mengambil kebijakan bisa lepas dari bayang-bayang Megawati. Terlebih, Jokowi sering bilang dan mengulang-ulang kata-kata 'terserah ibu, terserah ketua umum'.
"Sangat besar kemungkinan Jokowi tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh Megawati. Andaikan Mega tak memberikan mandat, Jokowi tak menjadi capres," jelas Emrus.
"Megawati akan menjadi orang yang mendikte. Tetapi untuk menjaga itu, Mega menggunakan pendekatan komunikasi yang high contact, pendekatan level tinggi. Tetapi apapun dikatakan, amat sulit Jokowi menolak," lanjutnya.
Terkait kebijakan penjualan Indosat dan kasus BLBI di era Presiden Megawati akan terulang bila Jokowi jadi presiden, Emrus menegaskan hanya waktu yang akan membuktikan. Sebab, perekonomian bangsa bergeraknya tidak stagnan dan selalu berubah-ubah. Ada waktunya ekonomi bagus dan ada kalanya ekonomi terpuruk.
"Tak ada jaminan Jokowi untuk tidak menjual, karena tergantung gejolak ekonomi bangsa. Sangat tergantung perekonomian, karena penuh dinamika. Bisa saja ekonomi terancam dan butuh fresh money dan akhirnya menjual aset negara," jelas Emrus.
"Ketika dia (Jokowi) jadi presiden dia akan berpikir secara global. Ekonomi bangsa kan juga terpengaruh negara-negara lain di dunia," tandasnya.
Sumber :
merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar