Survei yang dilakukan Litbang Kompas pada Desember 2013 tidak
menunjukkan korelasi positif antara elektabilitas Gubernur DKI Jakarta
Joko Widodo alias Jokowi yang terus meroket dan elektabilitas PDI
Perjuangan (PDI-P). Elektabilitas partai berlambang banteng moncong putih ini bahkan dalam survei tersebut justru menurun.
Apa kata PDI-P? Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P Eriko Sotarduga
mengatakan, elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) tinggi karena dihadapkan pada pilihan
figur. Saat ini, pemilih di Indonesia masih sangat bergantung pada figur
yang ditawarkan.
"Karena ditawarkan ada nama Pak Jokowi, jadi masyarakat lebih jelas
memilihnya. Kalau partai kan belum menentukan figur yang diusungnya
siapa, jadi sangat wajar tidak berpengaruh," ujar Eriko saat dihubungi,
Kamis (9/1/2014).
Eriko menuturkan, pemilih PDI-P juga masih banyak yang merupakan
massa mengambang. Saat elektabilitas PDI-P turun dari 23,6 persen pada
bulan Juni 2013 menjadi 21,8 persen pada bulan Desember 2013 versi
survei Litbang Kompas, menurut dia, itu diakibatkan larinya pemilih dari massa mengambang ini.
"Bisa jadi dari ribuan itu ada 10-30 orang yang masih swing voter," kata Eriko.
Anggota Komisi V DPR itu mengaku yakin jika PDI-P sudah
mendeklarasikan pasangan capres-cawapres, akan ada korelasi kuat antara
elektabilitas kandidat dan partai. Meski demikian, Eriko memastikan
PDI-P tidak akan terburu-buru dalam menetapkan pasangan capres-cawapres.
"Survei ini pasti akan dievaluasi oleh Ketua Umum (Megawati). Tapi,
tidak juga menjadikan kami terburu-buru mengambil keputusan. Saat ini,
kami masih menunggu masukan dari struktur dan anggota kami di daerah,"
ucapnya.
Megawati, diyakini Eriko, sudah memiliki pertimbangan matang dalam
memilih calon pemimpin Indonesia. Dia menjelaskan, lamanya PDI-P
menentukan capres karena tidak ingin salah dalam mencari pemimpin
Indonesia.
"Bu Mega itu sudah mengalami hal-hal yang tidak pernah kita alami,
mulai dari masa Bung Karno, sampai sekarang. Jadi, bagi Bu Mega,
menetapkan capres bukanlah perkara ini kepentingan PDI-P, tapi soal
bangsa," ujar Eriko.
Seperti diberitakan, dukungan untuk Jokowi terus melejit seandainya
pemilu digelar hari ini. Bila suara Jokowi melompat berlipat kali dalam
rentang waktu setahun, 2012 hingga 2013, perolehan dukungan untuk PDI-P
justru melorot pada paruh kedua perjalanan survei.
Padahal, hingga setengah perjalanan 2013, partai ini mampu memikat
para pemilih rasional untuk memilihnya jika pemilu digelar saat itu.
Pada Desember 2012, rilis pertama rangkaian survei Kompas
mendapatkan dukungan untuk PDI-P pada kisaran 13,3 persen. Angka
tersebut melompat menjadi 23,6 persen pada putaran kedua survei yang
dipublikasikan pada Juni 2013. Lonjakan ini berdasarkan data survei
tersebut berasal dari kalangan pemilih rasional.
Sayangnya, bila tren peningkatan dukungan suara untuk Jokowi terus
berlanjut hingga putaran ketiga survei yang pelaksanaannya rampung pada
Desember 2013, arus dukungan untuk PDI-P justru seolah mampat. Jangankan
tetap, survei ketiga malah mendapatkan penurunan suara dialami partai
ini. Dukungan untuk PDI-P turun menjadi 21,8 persen pada survei ketiga.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar