Figur Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati
Soekarnoputri dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) akan menjadi penentu
peta politik pada Pemilu 2014.
Bagi partai kompetitor PDI-P,
cara paling rasional untuk memenangi pemilu adalah dengan mendorong
PDI-P mengusung Megawati sebagai calon presiden. Setidaknya demikian,
bila merujuk tren dukungan bagi para kandidat dan partai berdasarkan
survei yang digelar harian Kompas pada 2012 sampai 2013.
"(Karena)
kesempatan bagi partai-partai lawan untuk bisa bergerak naik hanya
terjadi jika Jokowi tidak dicalonkan oleh PDI-P," menjadi salah satu
kesimpulan dari survei tersebut. Dengan situasi itu, masa-masa sekarang
ini menjadi hari-hari untuk adu jitu strategi di antara partai politik
papan atas peserta Pemilu 2014.
Kajian Litbang Kompas
menyatakan bahwa saat ini ada tiga kepentingan yang akan saling
tarik-ulur terkait strategi PDI-P dengan fenomena kehadiran figur Jokowi
yang dilematis. Tiga sentrum kepentingan itu adalah lingkaran dalam
PDI-P, masyarakat, dan lawan politik.
Seandainya sentrum pertama
linier dengan masyarakat luas, kekuatan partai kemungkinan akan
membesar. Bila sentrum pertama condong pada kepentingan ketiga, maka
PDI-P akan dilihat gampang disetir lawan politik, dan masyarakat akan
mencari figur dari partai lain. Jika kemungkinan kedua yang terjadi,
maka saat itulah kemungkinan muncul sosok-sosok yang semula tak
diperhitungkan atau diperkirakan di jagad politik.
Dilema Jokowi
Sampai
saat ini PDI-P belum pernah memunculkan sinyal nyata akan mengusung
Jokowi untuk Pemilu Presiden 2014. Di kalangan internal, sosok Megawati
Soekarnoputri masih punya banyak pengikut setia meskipun survei terakhir
memperkirakan sebagian kader yang semula memilih Megawati beralih ke
Jokowi.
Bila Jokowi diusung PDI-P untuk Pemilu Presiden 2014,
maka hampir pasti gerbong suara PDI-P akan penuh sesak. Tipis peluang
bagi partai lain untuk menjaga perolehan suara yang didulang pelan-pelan
sekarang, apalagi menambah suara lagi.
Tren elektabilitas
Jokowi yang terus menanjak adalah faktor yang akan sangat menguntungkan
partai pengusungnya. Karenanya, tak pelak bila dikatakan bahwa tahun
politik kali ini adalah uji strategi untuk PDI-P. Meskipun demikian, tak
tertutup kemungkinan masih ada strategi tersembunyi lain PDI-P selain
faktor Jokowi.
Rangkaian survei yang digelar harian Kompas
menggunakan metode survei longitudinal, yakni memakai responden yang
sama. Ketiga survei dilakukan secara tatap muka, dalam tiga periode
waktu yang berbeda.
Survei periode utama yang hasilnya dilansir
pada Desember 2012 dilakukan pada rentang 26 November 2012 sampai 11
Desember 2012. Periode kedua, 30 Mei 2013 sampai 14 Juni 2013, dan
diumumkan pada Juni 2013. Adapun periode ketiga terlaksana pada 27
November 2013 sampai 11 Desember 2013, yang hasilnya diumumkan
berturut-turut mulai Rabu (8/1/2014).
Melibatkan 1.380 sampai
1.400 responden dari 34 provinsi di Indonesia, survei ini menggunakan
tingkat kepercayaan 95 persen dan rentang kesalahan (margin of error) 2,6 persen dalam penarikan sampel acak sederhana.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar