Kepribadian kandidat dinilai bakal menjadi penentu dalam Pemilu Presiden 2014 di Indonesia. Kondisi itu dikenal sebagai personality politics.
"Sosok
yang paling berkharisma (dan) mampu menggugah perhatian warga yang akan
terpilih," kata Associate Professor Leonard Sebastian, Direktur Program
Studi Indonesia di Rajaratnam School of International Studies,
Singapura, akhir pekan lalu.
Sebastian mengatakan, pemilu Indonesia tidak ditentukan oleh ideologi ataupun platform partai politik. Contoh personality politics yang berlangsung di Indonesia, sebut dia, adalah melejitnya popularitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi).
Sosok Jokowi dengan kegiatan blusukan-nya,
kata Sebastian, mampu menggugah warga, terutama dari kalangan miskin
yang tinggal di kawasan kumuh. Jokowi digambarkan sebagai sosok yang
merakyat dan tak elitis.
Bisnis Jokowi pun diyakini publik
dibangun dari bawah sehingga tahu rasa hidup susah. Sebastian
mengatakan, kinerja Jokowi dalam satu tahun terakhir memimpin Jakarta
juga terlihat lebih sukses dibandingkan kinerja lima tahun pendahulunya,
Fauzi Bowo.
Tantangan PDI-P
Namun,
Sebastian menyebutkan pula satu pertanyaan besar yang akan muncul bila
Jokowi ternyata tak menjadi calon presiden yang diusung Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan, sekalipun tetap maju dalam Pemilu Presiden 2014.
"Pertanyaannya
adalah apakah kepribadian Jokowi akan tetap mampu mendulang suara jika
(hanya) dicalonkan menjadi wakil presiden mendampingi Megawati
Soekarnoputri," papar profesor dari Australian National University ini.
Sampai
saat ini belum ada sinyal nyata dari Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan tentang calon yang akan mereka usung dalam Pemilu Presiden
2014. Siapa pun calon yang diusung partai ini, kata Sebastian, penantang
mereka adalah Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie.
Prabowo,
papar Sebastian, adalah tokoh populer di pedesaan. Karakter Prabowo juga
dikenal tegas, imbuh dia, menjadi antitesis dari figur Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Adapun figur Aburizal, Sebastian menilainya punya
kekurangan dari sisi kharisma dan star power.
Menurut
Sebastian, stigma Prabowo sebagai pelanggar HAM tidak akan punya
pengaruh signifikan. "Prabowo sudah membangun citranya sejak 2009 dan
masyarakat mengenalnya, faktor yang sangat penting," ujar dia.
Sementara
itu, Partai Demokrat diperkirakan hanya akan memperoleh suara sekitar
10 persen. Bisa maju atau tidaknya kandidat hasil konvensi calon
presiden yang digelar partai itu, menurut dia, akan tergantung pada
tawar-menawar politik Partai Demokrat dengan koalisinya.
Dari
semua peserta konvensi, Sebastian menyebut mantan KSAD, Pramono Edhie
Wibowo, dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan sebagai kandidat yang
paling berpeluang memenangi proses seleksi internal tersebut.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar