Sebuah hasil survei yang diklaim berasal dari Gallup Indonesia Poll dikabarkan menempatkan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa telah mengantongi suara mayoritas pemilih. Duet calon presiden usungan Koalisi Merah Putih itu disebut mengungguli pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Disebutkan, survei yang dilakukan pada 10-21 Juni itu menempatkan Prabowo dengan elektabilitas 52 persen. Sedangkan kompetitornya, Joko Widodo alias Jokowi berada di posisi 41 persen dan pemilih yang belum menentukan pilihan ada 6 persen.
Tapi jangan percaya dulu. Sebab, survei itu ternyata hanya hasil editan dari jajak pendapat yang dilakukan Gallup saat Barack Obama bersaing melawan John McCain pada 2008. Nama Obama digantikan dengan Prabowo, sedangkan McCain diganti pula dengan nama Jokowi.
Tautan asli dari hasil survei itu yang berjudul “Americans Predict Obama Will Be Next U.S. President” diganti menjadi “Indonesians Predict Prabowo Will Be Next Indonesia President”.
Kesan yang muncul, sebuah lembaga internasional telah melakukan survei elektabilitas capres di Indonesia. Terlebih, survei hasil ‘editan’ itu kemudian muncul di sebuah blog bagi citizen journalist di sebuah portal berita internasional.
Buntutnya, sebuah televisi berita nasional menjadikannya sebagai berita meski keabsahannya masih diragukan. Bahkan, televisi berita yang dikenal condong ke Prabowo-Hatta itu mengulang-ulang berita soal survei itu. Link berita itu juga disebar oleh tim sukses maupun pendukung kubu Prabowo-Hatta. Para pendukung Prabowo-Hatta pun seolah bereuforia di dunia maya.
Terang saja hal itu membuat kehebohan. Para netters di sebuah forum pun menelanjangi kejanggalan survei itu.
Menurut pengamat politik dari Populi Institute, David Krisna Alka, penggunaan cara-cara yang menipu itu justru menunjukkan sebenarnya kubu Prabowo-Hatta yang diunggulkan dalam survei palsu itu tengah panik. Sebab, berbagai survei yang diakui rekam jejaknya justru menempatkan Prabowo-Hatta masih tertinggal dibanding Jokowi-JK.
David mengatakan, justru jauh lebih baik bagi kubu Prabowo-Hatta secara fair mengakui masih tertinggal di survei. “Jika memang fakta membuktikan bahwa mereka tidak bisa menyaingi pasangan Jokowi-Kalla, terimalah dengan lapang dada,” kata David di Jakarta, Selasa (24/6) malam.
Ia mengaku sangat menyayangkan survei abal-abal itu. “Jangan mempermainkan hasil penelitian atau survei apalagi memanipulasi fakta. Jangan melakukan sesuatu yang malah bisa menjadi bumerang,” katanya. [ara/jpnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar