Pernyataan Waketum Gerindra Fadli Zon bahwa revolusi mental dekat dengan
komunis menuai reaksi dari masyarakat. Seorang antropolog yang mengabdi
sebagai dosen di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
menegaskan bahwa pandangan Fadli keliru.
"Sebagai seorang ahli
ilmu sosial, saya merasa penilaian Fadli Zon bahwa konsep revolusi
mentalnya Jokowi lebih dekat ke komunisme perlu diluruskan," kata
Bachtiar Alam PhD, Antropolog yang juga dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Universitas Indonesia, melalui surat elektronik kepada detikcom,
Jumat (27/6/2014).
Menurut Bachtiar, revolusi mental adalah
konsep Mahatma Gandhi, bukan komunis. Pernyataan Fadli Zon perlu
diluruskan karena konsep tersebut menduduki posisi penting dalam
pemikiran Mahatma Gandhi, seorang pejuang kemanusiaan terkemuka abad
ke-20 yang dikagumi KH Abudurrahman Wahid (Gus Dur), Presiden RI ke-4.
"Seperti
diuraikan dalam buku Gandhi's Experiments with Truth: Essential
Writings by and about Mahatma Gandhi (Richard L. Johnson ed., 2007),
Gandhi mengedepankan argumen bahwa kemerdekaan politik (self-rule) harus
berdasarkan pada revolusi mental, yaitu perubahan total mental rakyat
negara jajahan," kata Bachtiar.
Konsep revolusi mental seperti
ini menduduki posisi sentral karena asumsi utama pemikiran Gandhi adalah
bahwa pemerintahan negara yang merdeka harus berlandaskan atas kekuatan
moral.
"Gus Dur, sebagai seorang pejuang nilai-nilai kemanusiaan
di Indonesia, mengagumi pemikiran Gandhi. Pernyataannya yang terkenal
berbunyi “I am a follower of Mahatma Gandhi.” Ciri yang menonjol dalam
pemikiran Gus Dur adalah melihat demokrasi sebagai suatu proses
transformasi mental secara terus-menerus dengan bertumpu pada
penghargaan terhadap persamaan hak, pluralisme serta kebebasan
menyampaikan aspirasi. Di sini tampak jelas pengaruh gagasan revolusi
mental Gandhi pada Gus Dur," papar Bachtiar.
"Melihat latar
belakang demikian jelaslah bahwa konsep revolusi mental merupakan benang
merah yang menghubungkan pemikiran Mahatma Gandhi, Gus Dur, dan Jokowi,
dengan konotasi bukan revolusi sosial yang radikal seperti yang
dikedepankan dalam paham komunisme, tapi lebih mengacu kepada gerakan
moral untuk memperbaiki kehidupan berbangsa berdasarkan nilai-nilai
kemanusiaan universal," tegasnya.
Bachtiar Alam menyelesaikan
pendidikan S1 di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI (1984), S2
Sosiologi, FISIP UI (1987); AM, Kajian Asia, Harvard University (1989),
dan S3 Antropologi Harvard University (1995). Jabatan struktural saat
ini adalah Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat, Universitas
Indonesia.
Sebelumnya Fadli Zon berkicau soal kampanye yang
dilakukan Ahmad Dhani melalui video klip. Fadli pun langsung menyerang
kubu rivalnya dengan menyebut Revolusi Mental ala Jokowi dekat dengan
komunis.
"Indonesia tak ada hubungan dengan NAZI, yang ada dengan
komunis. Nah 'Revolusi Mental' punya akar kuat tradisi paham komunis,"
ujar Sekretaris Tim Pemenangan Prabowo-Hatta ini melalui akun
twitternya, Kamis (26/6/2014). [detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar