Jika politikus Partai Gerindra, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), akhirnya berlabuh
di PDI Perjuangan, kepindahan tersebut dipandang sebagai penguatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ahok akan menjadi
gubernur jika PDI Perjuangan mencalonkan Joko Widodo (Jokowi) menjadi calon
presiden.
"Saya kira kalau pindahnya ke PDIP bargaining untuk posisi cawapres,
sulit sekali. Peluangnya kecil untuk diterima. Tetapi kalau skenarionya
untuk DKI 1 saja PDIP bisa menerima," ujar Karyono Wibowo di Jakarta, Jumat (3/1/2014).
Menurut Karyono, PDI Perjuangan kemungkinan tidak akan mengambil
resiko besar karena pemilihan presiden dan wakil presiden berbeda dengan
pemilihan kepala daerah.
"Capres - cawapres itu masalah nasional yang spectrumnya sangat luas.
Berbeda dengan pilkada yang cakupannya relatif kecil," kata Karyono
melanjutkan.
Terlebih lagi, kata Karyono, publik nampaknya masih sulit menerima calon wakil presiden karena perbedaan etnis.
"Saya melihat, kalau untuk urusan cawapres, Ahok masih sulit
diterima. Pasalnya, persoalan perbedaan etnis di negeri ini," prediksi
Karyono.
Sekedar informasi, kabar Ahok pindah ke PDIP berhembus dalam beberapa
hari terakhir ini. Apalagi kedekatan Ahok dengan Ketua Umum PDIP
Megawati Soekarnoputri dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo semakin
intens tampil depan publik dan saling mengunjungi.
Diantaranya pertemuan Megawati dengan Ahok yang terpublikasi ke
publik saat Ahok bersama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengunjungi
rumah ketua umum PDI-P Megawati Soekarno Putri, yang berlokasi di Jalan
Teuku Umar, Menteng, Minggu, (8/12/2013), siang. Pertemuan Megawati dan
Ahok bersama Jokowi juga terjadi di kediaman Ahok, Pantai Mutiara,
Jakarta Utara, Rabu (25/12/2013) malam.
Bahkan Ketua DPP PDI Perjuangan, Maruarar Sirait, sudah
mempersilahkan Ahok jika ingin bergabung dengan PDI Perjuangan. Ahok
sendiri sebelum mengenakan jaket Gerindra adalah kader Golkar.
Sumber :
tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar