Dukungan untuk mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) untuk
menjadi calon presiden (Capres) di Pemilu 2014 patut diwaspadai.
Pasalnya, bukan tak mungkin ada motif lain di balik dukungan tersebut.
Pengamat
politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Gun
Gun Heryanto mengatakan, ada dua kemungkinan Jokowi diusung menjadi
Capres di Pemilu 2014. Pertama, Jokowi memang diminta oleh partai.
"Misal,
Megawati kalau mau maju pasti RI-2 Jokowi. Tapi, kalau Megawati tak
memutuskan maju sebagai presiden, maka PDIP tidak punya sosok kuat
selain Jokowi," kata Gun Gun, Minggu (16/6/2013).
Kemungkinan
kedua adalah patut diduga ada lawan politik yang berupaya menjatuhkan
mantan Walikota Solo. Popularitasnya memang dapat membangun harapan
masyarakat. Bahkan, sudah lama diprediksi, kesuksesan Jokowi di Pilgub
DKI, maka tidak ada yang mengalahkan di 2019 nanti.
Namun, saat
ini berbagai upaya menghambat Jokowi sudah banyak dilakukan, seperti
program Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang kini banyak penolakan dari
beberapa rumah sakit dan upaya interpelasi oleh DPRD DKI, serta kini
didorong untuk tergoda tawaran jadi Capres.
"Skenarionya
mendorong dan membangun persepsi agar Jokowi maju di 2014. Ini juga bisa
menjadi alat telikung, karena Jokowi diharapkan dapat membangun Jakarta
oleh kelompok rasional yang merupakan kelompok menengah terdidik,"
paparnya.
Menurut Gun Gun, jika Jokowi terpancing dan memaksakan
diri maju pada Pilpres 2014, maka pemilih rasional yang mengusungnya
sebagai Gubernur DKI akan kecewa. "Tak hanya itu, Jokowi juga bisa
distigmanisasi sebagai pemimpin yang haus jabatan. Itu yang
dikhawatirkan," terangnya.
Pakar komunikasi politik itu berharap,
Jokowi jangan didorong berlebihan untuk menjadi Capres. Sehingga,
menyebabkan kehilangan posisinya sebagai pemimpin transpormatif. "Biar
dia menjadi ujian sejarah sukses sebagai Gubernur DKI, seperti publik
mencatat dia berhasil di Solo," sambungnya.
Jokowi memang bisa
saja menang dalam Pilpres 2014 mendatang, tapi masyarakat akan mencatat
itu bukan sebagai pemimpin inspiratif, seperti kesuksesan memenangkan
Pilgub DKI sebelumnya.
"Meskipun Jokowi menang, tapi jadi tidak
luar biasa, karena maju di 2014. Dia akan dianggap cenderung rakus
jabatan. Berbeda jika kalau suskses di DKI dan maju di 2019, dia akan
berbeda dan tak tertandingi oleh calon lain," tuntasnya.
Sumber :
okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar