Pengamat transportasi Tri Cahyono menilai, kepemimpinan Gubernur Joko Widodo (Jokowi) dan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok) melupakan satu cara penanganan kemacetan. Menurutnya, cara yang justru dilupakan oleh Jokowi adalah penanganan macet dengan skala kecil.
"Mereka tidak pernah melihat cara-cara yang kecil," katanya kepada
Tempo, Sabtu, 15 Juni 2013.
Koran Tempo selama sepekan, mulai Senin 17 Juni 2013
akan membahas tentang persoalan Jakarta yang masih menjadi pekerjaan
rumah Jokowi-Ahok, termasuk transportasi. Penanganan skala kecil yang
dimaksud oleh Tri contohnya seperti penataan trotoar dan pembatas jalan
maupun rekayasa lalu lintas. Menurutnya, cara-cara kecil itu dinilai
cukup efektif untuk mengurai kemacetan yang belum juga terpecahkan
hingga saat ini. Dia yakin, penataan itu bisa mengurangi kemacetan
hingga 20 persen.
Dia pun heran mengapa Jokowi terkesan
melupakan dan tidak memerhatikan penanganan seperti itu. Selain efektif,
biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk melakukan penataan itu
tergolong sangat kecil ketimbang proyek transportasi lainnya. "Apalagi
Ahok kan terkenal irit anggaran, jadi mengapa tidak melakukan penanganan
seperti itu," ujar dia.
Hal kecil semacam itu, kata Tri,
menjadi penting karena menjadi insfrastruktur penghubung antara
masyarakat dengan moda transportasi massal. Apalagi dengan program 1000
bus yang dicanangkan oleh Jokowi sejak awal masa pemerintahannya.
Penataan trotoar justru menjadi vital karena menjadi tempat penghubung
antara bus dengan pejalan kaki sebagai targetnya.
Dia heran
mengapa pemerintah saat ini justru lebih memperhatikan sisi keindahan
trotoar ketimbang fungsinya untuk pejalan kaki. Padahal, pejalan kaki
disebutnya tidak terlalu mementingkan keindahan selama kondisi trotoar
bersih dan layak pakai. "Pejalan kaki harus dapat fasilitas baik karena
mereka ada teman dari bus,"katanya.
Meski begitu, dia menilai
tidak adil jika kealpaan itu Cuma ditujukan kepada Jokowi. Soalnya, dia
yakin bahwa Kementerian PU, Dinas PU, dan Dinas Perhubungan mengetahui
bahwa ada cara yang murah tapi efektif untuk mengatasi kemacetan.
"Mereka tahu tapi tidak dilakukan, termasuk oleh pendahulu Jokowi,"
ujarnya.
Dia pun meminta agar Jokowi bisa segera merealisasikan
penanganan macet skala kecil yang merupakan hasil penilaian JICA.
Apalagi saat ini ada ratusan simpang yang dinilai sudah memerlukan
rekayasa lalu lintas karena daya tampung jalan sudah tidak ideal
ketimbang saat baru selesai dibangun. "Masa sduah ada penelitian dari
JICA, dan mereka juga yang harus mengerjakan," katanya.
Dia pun
menolak jika disebut program 1000 bus itu bakal sia-sia untuk mengatasi
kemacetan. Program 1000 bus, kata dia, merupakan skala menengah yang
harus dipadukan dengan penanganan skala kecil seperi penataan trotoar
maupun pembatas jalan. "Jadi program 1000 bus makin berhasil kalau
trotoar ditata, berikan kenyamanan pada pejalan kaki," ujarnya.
Sumber :
tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar