Akses modal kerja dan pasar yang lebih luas menjadi kesulitan para
nelayan kecil. Perlu ada bank dan perlakuan khusus untuk memutus rantai
ketergantungan nelayan terhadap rentenir dan tengkulak yang selama ini
menjadi gantungan hidup mereka.
"Akses modal mereka berat sekali, sangat tergantung rentenir dan
tengkulak. Harus ada bank maritim yang unit-unit di kampung nelayan,"
ujar Jokowi setelah seharian berdialog dengan nelayan dan rakyat di
sekitaran Jabar.
Akibat keterbasan akses modal untuk kerja, para nelayan kesulitan
mengatasi masalah sederhana seperti pengadaan jaring baru. Jaring yang
rusak berulang kali diperbaiki dan selalu kembali rusak dalam waktu
tidak lama.
Belum lagi, masalah yang lebih besar seperti mengganti mesin motor
tempel untuk perahu. Padahal dengan mesin yang rata-rata sudah berusia
lebih dari sepuluh tahun lebih boros bahan bakar dan daya tempuhnya
sangat terbatas. Di darat, nelayan membutuhkan fasilitas cold storage.
Sayangnya fasilitas ini membutuhkan pasokan listrik sangat besar sebagai
sumber tenaganya sehingga biasa sewa juga terhitung tinggi.
"Kalau tangkapannya gak masuk cold storage, cepat busuk dan harganya
jatuh. Nelayan butuh cold storage yang murah, atau dengan teknologi lain
yang minim listrik," paparnya.
Jokowi yakin pemerintah tahu masalah tersebut. Hanya saja, solusi yang
disiapkan belum benar-benar dapat menyelesaikan masalah di lapangan.
"Yang di awang-awang banyak sekali, sedangkan yang menginjak bumi belum.
Ini pekerjaan lapangan," tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar