Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sejauh ini tidak melihat adanya
persoalan duet Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
dalam memimpin DKI Jakarta. PDIP tak mengkhawatirkan munculnya
pernyataan Ahok yang merasa direcoki kerjanya oleh orang di partainya,
Gerindra.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Eva Kusuma Sundari
mengatakan Ahok juga bukan orang yang culas yang akan menjegal Jokowi.
"Karena kalau paket ini (duet Jokowi-Ahok) gagal, juga buruk bagi dia,"
kata Eva, Rabu (04/12/2013).
Jadi, anggota Komisi
Hukum DPR ini menegaskan ia tidak percaya adanya dugaan konspirasi bahwa
Ahok dimanfaatkan oleh orang Gerindra untuk membuat beberapa program
kerja Jokowi tidak berjalan.
"Aku kenal Ahok, dia bukan orang
yang gampang disuruh-suruh orang. Dia tulus kok ke Pak Jokowi, lagipula
karena ya itu tadi, paket ini kalau mau pembusukan yang rugi dia
sendiri,” ujar Eva.
Eva mengaku senang Ahok tidak bisa dibelok-belokan oleh kepentingan
tertentu. "Dia tak bisa digertak, tidak bisa diancam-ancam walaupun atas
nama partai. Intinya saya percaya Ahok bukan menjalankan agenda orang
lain tapi lebih kepada sikap pribadi dia dan serangan juga untuk
pribadi-pribadi,” jelasnya.
Pengamat politik dari Universitas
Tirtayasa Banten, Gandung Ismanto, menilai pernyataan Ahok yang mengaku
direcoki Gerindra dalam kebijakan dan program-program di DKI merupakan
bentuk tarik menarik kepentingan partai yang memang telah menjadi fakta
yang terjadi menjelang tahun politik 2014.
"Tarik menarik kepentingan ini menghasilkan hubungan yang saling mengintervensi," kata Gandung kepada detikcom, Selasa (03/12/2013).
Gandung
pun melihat hal itu juga menunjukkan tidak hormonisnya hubungan sang
Wakil gubernur DKI itu dengan Gerindra dalam jangka pendek dan dalam
konteks regional Jakarta.
Pengamat politik dari Universitas
Gadjah Mada, Ari Dwipayana, yang mengaku mengapresiasi sikap Ahok
menilai sikap Wakil Gubernur DKI itu memang tidak lazim dalam
perpolitikan atau pejabat yang diusung oleh partai.
Ari
mengatakan jarang ada pejabat yang berani mengatakan kepada partai
pendukungnya. Keberanian Ahok juga dapat disebut mendobrak sistem
komunikasi internal partai sebagaimana yang lazimnya terjadi.
“Iya
saya kira, bagus, Ahok itu berani mengatakan 'tidak' kepada partai
pendukungnya karena dia yakin kebijakan itu tepat dan dia tidak mau
dipakai sebagai instrumen untuk membuat hubungannya dengan kepala daerah
atau gubernur menjadi memburuk,” katanya kepada detikcom, Selasa
(03/12/2013).
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar