Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta menilai target Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo (Jokowi) soal pendapatan Jakarta dalam Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah 2014 sebesar 39,44T kurang realistis. Ketua
Fraksi Partai Persatuan Pembangunan Matnoor Tindoan mengungkapkan
beberapa faktor yang menghambat pendapatan asli daerah.
Matnoor
mengatakan, nilai tukar rupiah yang masih lemah secara makro akan
berimbas pada tingginya harga barang. Sedangkan selama ini pendapatan
asli daerah Jakarta lebih banyak dari pajak, khususnya pajak kendaraan
bermotor dan jasa.
Akibatnya, jika nilai rupiah masih lemah, ada
kemungkinan daya beli masyarakat akan turun, yang bisa menyebabkan
pendapatan dari sektor pajak akan turun. "Pendapatan daerah, terutama
yang masih mengandalkan pajak, memang tidak terlepas dari ekonomi
makro," kata Matnoor di Balai Kota kemarin. Ia membandingkan dengan
realisasi pendapatan asli daerah hingga Oktober tahun ini yang masih
sekitar 71 persen atau sebesar 19,4T dari target 26,26T dalam APBD Perubahan.
Ketua Fraksi Golkar Ashraf Ali pun
menyoroti pendapatan asli daerah yang masih lebih banyak mengandalkan
dari sektor pajak. Padahal, pendapatan dari sektor pajak hanya meningkat
sekitar 12 persen per tahun. Lantaran itulah ia pesimistis bila DKI
menargetkan kenaikan pendapatan dari sektor pajak hingga 40 persen. Ia
menyebutkan salah satu contohnya. "Pajak restoran dalam APBD Perubahan
2013 yang angkanya 1,4T dinaikkan menjadi 2T,"
ujarnya.
Menanggapi keraguan anggota Dewan, Wakil Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan pemerintah optimistis memasang
target pendapatan tinggi karena sudah menerapkan sistem online. "Wajib pajak restoran, khususnya dari yang hanya 8.000 unit usaha bisa sampai dua kali lipat jika menggunakan online," katanya. Selain itu, DKI berencana menaikkan nilai Pajak Bumi dan Bangunan.
Sumber :
tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar