Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) adalah salah satu cara untuk
mengantisipasi banjir di Jakarta. Namun, program rekayasa cuaca ini baru
dapat dilakukan setelah Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB)menerima Surat Pernyatan Siaga Darurat Banjir dari Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta.
"Setelah ada surat maka TMC akan digelar.
Kita masih menunggu surat siaga," kata Kepala Pusat Data Informasi dan
Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Rabu 4 Desember 2013.
Sutopo menyatakan, surat siaga baru keluar pada 15 Desember mendatang.
Sejauh
ini, Sutopo menjelaskan, pihaknya telah melakukan koordinasi bersama
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) terkait persiapan antisipasi banjir.
Dengan cara mengumpulkan camat dan lurah se-Jakarta. "Dikumpulkan untuk
langkah-langkah antisipasi," ujar Sutopo.
Selain itu, BNPB juga
menyediakan dana bencana untuk 15 kecamatan sebesar Rp. 250 juta per
wilayah. Tak hanya kecamatan, kelurahan juga disiapkan dana uang
sebanyak Rp. 50 juta sampai Rp. 100 juta. "Untuk tiap kelurahan di 89
wilayah," ujar Sutopo.
Adapun untuk proyek rekayasa cuaca menelan
anggaran sebesar 28M. Anggaran tersebut untuk biaya operasi
selama empat bulan, dari Desember 2013 sampai Maret 2014. "20M
dari APBD DKI Jakarta dan 8M dari Dana Siap Pakai BNPB," kata
Sutopo.
Menurut Sutopo, biaya yang digunakan untuk proyek
rekayasa cuaca kali ini jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan dampak
dari yang disebabkan banjir. "Kerugian banjir pada 2007 sekitar 3,8T dan Januari-Februari 2013 sekitra 3-4T," kata Sutopo.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) belum dapat memastikan
jumlah garam yang akan digunakan dalam Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Rekayasa cuaca ini akan berlangsung selama empat bulan dari Desember
2013 sampai Maret 2014.
"Tergantung kebutuhan," tutur Kepala
Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di kantornya
kemarin. Dalam sehari, Sutopo melanjutkan, penyebaran garam bisa
dilakukan sampai tiga kali. "Tapi kadang-kadang nggak terbang."
Untuk
sekali penyebaran bisa menghabiskan 8 ton garam bila diangkut dengan
pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara. Sementara Cassa 212 hanya
bisa membawa 1 ton garam. "TNI dan BPPT sudah siap. Tinggal menunggu
surat siaga darurat banjir," ucap Sutopo.
Dalam proyek rekayasa
cuaca ini, Sutopo memastikan tidak akan terjadi kerusakan ekosistem,
terutama dalam kualitas air. "Rasannya nggak asin dan di bawah ditaruh
alat-alat pemantau kualitas air," ucapnya. " Jadi TMC hanya mengurangi
pasokan air hujan."
Jadi, Sutopo menjelaskan, rekayasa cuaca ini
dilakukan terhadap awan-awan yang akan memasuki daerah target atau
upwind. "Kita semai dengan garam dan dijatuhkan di Selat Sunda atau Laut
Jawa," ujar Sutopo "Dipercepat hujannya sebelum masuk Jakarta."
Menurut
Sutopo, rekayasa cuaca ini cukup efektif dalam mengurangi hujan yang
masuk ke Jakarta. Berdasarkan pengalaman pada 26-27 Januari 2013, cara
ini mampu mengurangi sebesar 30 persen. "Kalau nggak dilakukan banyak
banjir dan masalah," tutur Sutopo.
Sumber :
tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar