Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo
mengeluarkan pernyataan yang kontroversi, yaitu berupa ancaman dengan sepenuh tenaga untuk menjatuhkan presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi). Menurut dia, Prabowo dan kroninya, dalam sindikasi yang berjuluk Koalisi
Merah Putih (KMP), yang menguasai kursi parlemen akan digunakan untuk melengserkan pemerintahan Jokowi.
Salah satu cara yang bakal dilakukan KMP,
kata Hashim, adalah dengan melakukan veto terhadap lembaga-lembaga
negara yang memiliki kebijakan seperti Mahkamah Agung (MA), Mahkamah
Konstitusi (MK), Kapolri bahkan Panglima TNI yang bakal dikuasai oleh
KMP. Hal ini bisa saja terjadi, karena para pemimpin lembaga negara
tersebut harus mendapatkan persetujuan dari DPR dalam hal ini Komisi
III.
"Kami berpengaruh dalam menentukan siapa yang akan duduk
dalam (posisi-posisi itu)" kata Hashim dalam wawancara dengan Wall
Street Journal, Selasa (7/10/2014).
Meskipun demikian, kita semua berharap tak ada lagi orang sekejam itu berada di negeri ini. Jelang drama pelengseran yang direncanakan oleh ahli strategi, Prabowo
Subianto dan kenyataan memang Prabowolah yang berhasil menguasai hitam
putihnya negeri ini, dipastikan pelengseran Jokowi hanyalah menunggu waktu dan momentum yang baik bagi Prabowo dan kroninya. Apakah ini kutukan peci Gus Dur yang pernah diterimanya sebagai hadiah dari istri Gus Dur?
Namun wacana Hashim untuk menjegal dan menghambat
pemerintahan Jokowi dinilai tidak akan mudah. Karena Jokowi diyakini
akan dibela dengan rakyat jika nanti DPR menghambat dengan sejumlah
alasan pemerintahan Jokowi.
Guru Besar Politik Universitas
Padjadjaran Obsatar Sinaga mengatakan, KMP akan langsung berhadapan
dengan rakyat jika memang nanti berniat menjegal pemerintahan Jokowi.
Dia mengakui memang bisa saja KMP menghambat dengan mengurangi anggaran
lembaga itu lewat DPR, akan tetapi hal itu tidak mudah.
Obsatar
justru melihat penguasaan di lembaga negara seperti MA, MK, Polri bahkan
TNI hanya untuk melindungi para politisi di KMP yang terlibat kasus
hukum. "Itu kan cara termanjur untuk melindungi sejumlah politisi busuk
yang ada di KMP," kata Obsatar, Kamis (9/10/2014).
Obsatar
menambahkan, pemerintahan Jokowi bisa saja terganggu atau bahkan
berhenti di tengah jalan jika nanti mantan wali kota Solo itu melakukan
kesalahan. Sebaliknya, jika Jokowi bekerja dan berorientasi demi
kepentingan rakyat, dia yakin pemerintahan Jokowi tak akan bisa diganggu
oleh KMP.
Hal lainnya, lanjut dia, Jokowi harus bisa
mengandalkan Jusuf Kalla (JK) dalam hal mengambil alih kepemimpinan
Partai Golkar. Dengan demikian, kekuatan KMP akan drastis berubah total.
"Kalau
dalam setahun pertama Jokowi bisa mengandalkan JK dalam soal perubahan
komposisi KMP dan sekaligus Jokowi bisa membuktikan programnya yang
berorientasi pada kepentingan rakyat, saya kira pemerintahan Jokowi akan
aman. Tapi kalau sebaliknya, apalagi personel Rumah Transisi
mendominasi kabinet, ya Jokowi akan diperlakukan seperti Gus Dur
(impeachment)," tutur Obsatar.
Karena itu, Obsatar berpendapat,
Jokowi tidak perlu takut dengan ancaman Hashim itu. Dia yakin rakyat
akan membela selama Jokowi melakukan pekerjaannya demi rakyat. Meskipun
dia juga pesimis dengan penegakan hukum yang selama ini kenyataannya
selalu berpihak pada penguasa.
"Jokowi tidak perlu takut selama
dia benar, hanya saja hukum di negeri ini selalu memihak yang berkuasa
untuk menciptakan pelaksana hukum itu sendiri," pungkasnya.
Senada dengan Obsatar, pakar hukum dan tata negara Refly Harun menilai
pernyataan Hashim tersebut mengindikasikan Prabowo dan kroninya ingin
menjatuhkan presiden terpilih Jokowi.
"Ini masih
membuktikan KMP ingin menjatuhkan presiden. Persaingan di Pilpres itu
belum selesai," ujar Refly saat berbincang, Rabu (8/10/2014) malam.
Namun
demikian, menurut Refly tidak mudah menjatuhkan presiden dalam sistem
tata negara di Tanah Air. Karena era Jokowi menurut dia, tidak bisa
disamakan dengan era mantan presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang
saat itu bisa digulingkan DPR.
"Zaman Gus Dur itu belum ada
Mahkamah Konstitusi (MK). Jadi, tidak siap, makanya subyektif sifatnya
karena kalah dari mayoritas. Nah, kalau sekarang ada MK," jelas Refly.
Refly
menjelaskan untuk melengserkan Jokowi diperlukan bukti kuat adanya
kesalahan yang dilakukan mantan Walikota Solo itu. Namun, hal ini
diyakininya bakal sulit dilakukan kalau melihat kinerja Jokowi yang
dianggap bersih. Apalagi, MK nanti bakal menjadi lembaga kredibel yang
bisa menjadi penentu putusan akhir.
"Kalau di MK itu kan
menentukan mana yang benar dan salah. Jokowi ini kan bersih, tidak
bengkok-bengkok. Harus ada buktinya kalau ada pemakzulan dari korupsi.
Makanya kita perlu lembaga kredibel seperti MK," sebutnya.
Dia
pun melihat pernyataan Hashim Djojohadikusumo yang ingin menghambat
pemerintahan Jokowi lebih disebabkan belum relanya kubu Prabowo dengan
kekalahan di Pilpres. Semestinya dengan hasil pilpres yang diumumkan KPU
kemudian diperkuat MK, proses pilpres dianggap sudah selesai. DPR
sebagai lembaga legislatif tidak bisa dijadikan alat kekuasaan untuk
menjegal presiden.
Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Jimly Asshiddiqie mengatakan
pemakzulan presiden lebih sulit dilakukan daripada mengubah UUD 1945.
Menurut Jimly, itu sulit terjadi selama presiden tidak terbukti
melanggar hukum dan korupsi.
"Membutuhkan persetujuan tiga per
empat anggota MPR untuk melakukannya, sulit dibayangkan pemakzulan
terjadi di Indonesia," kata Jimly dalam rilis yang diterima Tempo, Rabu malam (8/10/2014).
Menurut
Jimly, saat ini berkembang spekulasi dari sebagian elemen masyarakat
bahwa pemerintahan ke depan akan hancur dan bukan mustahil apabila
presiden terpilih Joko Widodo nantinya akan dimakzulkan. "Itu cuma
prasangka saja. Justru ini bagus untuk perkembangan demokrasi di
Indonesia, jangan dianggap negatif," ujar Jimly.
Pernyataan
Jimly itu disampaikan untuk menjawab keresahan sebagian masyarakat
terkait dengan posisi pimpinan MPR dan DPR yang dikuasai koalisi
pro-Prabowo. Menurut Jimly, saat ini terjadi gejala divided government,
yakni lembaga eksekutif dan legislatif dikuasai oleh dua kekuatan
politik yang berbeda. Namun, tutur Jimly, hal itu tidak akan membuat
pemerintahan hancur karena posisi eksekutif yang lebih kuat daripada
parlemen.
Presiden Indonesia, kata Jimly, memiliki kewenangan
yang sangat kuat, bahkan melebihi kewenangan Presiden Amerika Serikat.
Ia mencontohkan dalam hal legislasi, jika tidak setuju pada sebuah
rancangan undang-undang, presiden bisa tidak menyetujuinya. "Itu karena
presiden memiliki hak veto."
"Biarlah fungsi pemerintah, fungsi
MPR, fungsi DPR bekerja dan berlomba-lomba untuk mengabdi kepada
rakyat," ujar mantan hakim Mahkamah Konstitusi itu.
Jimly
menyerukan kepada para pemangku kepentingan untuk bekerja sama secara
inklusif. "Semua pihak harus membuka diri. Kuncinya, inklusifisme di
semua bidang. Jangan mengedepankan ego masing-masing, karena akal sehat
akan menuntun kita pada kebenaran," tutur Jimly.
YANG PASTI KELOMPOK ELIT2/PARTAI2 MANAPUN YANG INGIN MENGGULINGKAN PEMERINTAHAN YANG SYAH DIPILIH SECARA DEMOKRATIS LANGSUNG OLEH RAKYAT DAN SESUAI DENGAN KONSTITUSI, MAKA KELOMPOK ELIT2/PARTAI2 ITU AKAN BERHADAPAN LANGSUNG DENGAN KOALISI RAKYAT SEMESTA. SALAM PERSATUAN INDONESIA KUAT RAKYAT BERDAULAT.
BalasHapusNASIB BANGSA INDONESIA TIDAK BISA DITENTUKAN HANYA OLEH KELOMPOK ELIT2/PARTAI2 TERTENTU SAJA, TETAPI RAKYAT-LAH YANG AKAN MENENTUKAN NASIB BANGSA INI. SALAM PERSATUAN RAKYAT BERDAULAT.
BalasHapusSETIAP ORANG DI NEGERI INI TIDAK DILARANG BERHALUSINASI, TETAPI LEBIH BAIK BERMIMPI SESUATU YANG POSITIF2 SAJA. SALAM DAMAI SELALU
BalasHapus