Pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim
Djojohadikusumo –adik kandung Prabowo– yang akan menginvestigasi dan
menghambat pemerintahan Joko Widodo–JK, bak menggelindingkan “bola api”
politik jelang pelantikan Presiden dan Wapres Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Sebaliknya, elit Gerindra beranggapan itu sangat wajar, dan meminta Joko
Widodo dan pendukungnya tidak perlu kebakaran jenggot.
“Sebab
Gerindra yang saat ini diluar pemerintahan, memang akan selalu
menginvestigasi kebijakan-kebijakan yang akan dibuat pemerintahan di
bawah Joko Widodo-JK yang kami prediksi akan menjual kedaulatan rakyat
dibidang ekonomi, politik dan sosial kepada pihak asing,” tandas Ketua
DPP Gerindra FX Arief Poyuono, kepada LICOM, hari ini (9/10/14).
Elit Partai Gerindra menuding itu bukan tanpa alasan. Menurut dia, bahwa pihak asing selama ini yang telah banyak
membantu Joko Widodo baik secara financial maupun pembangunan opini,
“Sejak menjabat Walikota Solo hingga terpilih sebagai presiden,” ungkap
Arief, yang juga Ketua Serikat Pekerja BUMN Bersatu.
Selanjutnya,
dijelaskan Arief, Gerindra melakukan investigasi (telisik) dan
penjegalan terhadap kebijakan-kebijakan yang akan dibuat pemerintahan
Joko Widodo adalah merupakan hak konstitusi yang dimiliki oleh Gerindra
melalui perwakilannya di DPR.
“Apalagi, kami perkirakan kebijakan
pemerintahan Joko Widodo dipastikan akan lebih banyak mengakomodir
kepentingan Corporasi Asing dan pengusaha hitam di Indonesia,” tegasnya
terkait memprediksi akan berpihak dan menjadi “antek” asing dan
pengusaha hitam.
Penjegalan terhadap kebijakan yang akan dibuat Joko Widodo, menurutnya, terutama adalah kebijakan menjual asset
Negara seperti BUMN dengan berkedokan untuk menutupi defisit APBN,
Renegoisasi kontrak karya disektor pertambangan dan Migas juga akan
dilakukan oleh Gerindra bersama KMP.
“Karena pengalaman Indosat,
Blok Gas Natuna dan Gas Tangguh yang dilego bulat-bulat dan murah,”
ungkap Arief mengungkit masa pemerintahan Presiden Megawati. [lensaindonesia]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar