Berdasarkan temuan survei Lembaga Indonesia Research Center (IRC), debat
capres dan cawapres dinilai tidak berpengaruh terhadap terjadinya
perpindahan (swing) pemilih dari Prabowo-Hatta ke Jokowi-JK maupun
sebaliknya. Dalam debat hanya memperebutkan pemilih yang masih tergolong
yang belum memiliki pilihan atau undecided voters.
"Elektabilitas
Prabowo-Hatta 47,5 persen unggul tipis atas Jokowi-JK 43,0 persen.
Debat capres membantu pemilih untuk dapat menentukan pilihannya," kata
Peneliti IRC Yunita Mandolang Eatology di Cafe Jalan Haji Agus Salim No
22 D-E Sabang Jakarta Pusat, Senin (30/6/2014).
Dia menambahkan,
pemilih yang belum terpengaruh sebanyak 9,5 persen. Lebih lanjut, dalam
survei ini ketika ditanyakan terkait debat capres-cawapres pemilih
cenderung untuk memilih Prabowo-Hatta.
"Debat capres berpengaruh pada elektabilitas kedua calon terlebih pada Prabowo-Hatta," tuturnya.
Selain
karena debat, mesin partai koalisi Prabowo-Hatta juga dinilai sebagai
penentu keberhasilan untuk mendongkrak elektabilitas Prabowo-Hatta
dibandingkan mesin partai koalisi Jokowi-JK. "Bekerjanya mesin parpol
akan berpengaruh penting terhadap kemenangan masing-masing calon,
mengingat mayoritas pemilih sudah merasa mantap dengan pilihannya,"
tandasnya.
Survei ini dilakukan pada 14-21 Juni di seluruh
provinsi Indonesia menggunakan teknik wawancara tatap muka dengan
responden yang dilakukan oleh pewawancara yang sudah dilatih dengan
bantuan kuesioner.
Sampel yang digunakan dengan teknik acak
bertingkat (multistage random sampling). Untuk jumlah sampel valid 1.200
responden, margin error diperkirakan mencapai kurang lebih 2,8 persen
pada tingkat kepercayaan 95 persen. [merdeka]
not credible lah
BalasHapushttp://www.indonesia-2014.com/read/2014/04/14/“survei-ines-dan-irc-bermasalah”#.U7FShyjcorg
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusData survei hanyalah kalkulasi statistik perkiraan yang didasarkan pada sejumlah responden yang (tidak su'u zhon) bisa saja sudah diatur,/atau teratur/ berdasarkan pesanan/kebetulan sehingga hasilnya dapat dimanipulasi/terkonklusi. Yang utama adalah fakta sesungguhnya di lapangan secara keseluruhan (semua voters) bukan hanya terbatas pada responden survei bukan hanya saat lalu dan sekarang tetapi juga nanti. Secara pribadi saya tidak terlalu merisaukan hasil survey yang dilakukan (mungkin karena orientasi saya selama ini adalah keberkahan bukan pemenangan). Satu hal yang mungkin kita lupakan adalah validitas representasi dari populasi yang dilakukan apakah memang authentic adanya atau sekedar manipulative. Fihak Jokowi – JK sebagian besar adalah relawan bukan bayaran ditambah dengan koalisi kekuatan partai yang ramping memang akan kuat nantinya karena relative bersih dari transaksi koruptif) namun pada saat ini harus diakui tidak sekuat fihak Prabowo – Hatta sehingga harus diakui sangat minim dari segi kekuatan pendanaan untuk mengkampanyekan keberadaannya apalagi untuk agresi pembanggaan elektabilitas. Walau saya lebih suka kepastian daripada sekedar persepsi keyakinan dalam memandang kebenaran atas kenyataan yang sesungguhnya namun demikian kita juga perlu memperhatikan kemungkinan tersebut jika memang demikian adanya. Orientasi hidup adalah pemberdayaan. Jika saat ini turun itulah waktu kita harus terbuka untuk memperbaiki diri, jika saat ini naik inilah saat kita tetap terjaga untuk meningkatkan diri lagi.
BalasHapusJangan berputus asa – teruslah beusaha. Sebetulnya QS 12: 87 saya tujukan kepada mereka yang sejak semula panic mencari-cari cara menegakkan diri dengan menjatuhkan lawan dengan penghalalan aneka cara (kampanye hitam dan negative) namun virus ‘kekafiran/kefasikan’ tampaknya menular ke fihak sini juga untuk ikut-ikutan. Kembalilah sederhana, sembada dan prasaja lagi. Yang utama terus bertindak dengan benar demi keberkahanNya dan insya Allooh kesuksesan akan mengikutinya. Ada dua kekuatan lain yang bahkan lebih besar namun belum bekerja secara nyata selama ini selain kekuatan mesin partai dan responden pendukung yang kalian dan mereka kalkulasikan, yaitu : kesadaran rakyat (terutama swing voters yang tidak terjangkau statistic dan justru populasi terbesar di luar lingkaran kepentingan politik di negeri ini) dan terutama Kuasa keIlahian (jangan pernah lupakan ini – QS 59: 18 – 20) .
Di bulan suci Ramadhan ini segalanya bisa saja terjadi dimana dengan keShabaran kekuatan yang lemah namun direstui bumi (rakyat) dan diridhoi olehNya akan menjadi kuat dan semoga bukan sebaliknya. (QS 2: 249 atau QS 3: 123 ?).
Yang penting bukan bagaimana awalnya kita tetapi bagaimana akhirnya nanti. Orientasikan diri dengan mementingkan kebenaran demi perjuangan/ keberkahanNya (hingga 2019 nanti) dan jangan cemaskan diri dengan membenarkan kepentingan memenangkan/mengalahkan (pilpres tahun 2014 ini). Jujur saja saya lebih cemas jika kita tidak istiqomah hingga tahun 2019 nanti daripada keikhlasan mengalah di tahun 2014 ini karena Tuhan pastilah menginginkan kita semua sebagai bangsa untuk bersegera memberdayakan diri sebagaimana harusnya ketimbang menunda memperdayakan diri seperti sebelumnya (QS 13: 11). Transformasi perbaikan, Transparansi keterbukaan dan Transendensi keberkahan sudah seharusnya tegak secara haq di negeri ini.
Salam 2 jari – bangkitlah lagi menguatkan diri. Bukan hanya demi kesadaran kita untuk memperbaiki diri dan mengusahakan kemajuan negeri ini tetapi juga demi kebaikan mereka untuk tidak menzalimi diri sendiri dan bangsanya nanti.