Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid angkat bicara terkait komentar Anggota
Tim Sukses Prabowo-Hatta, Fahri Hamzah yang menganggap Jokowi 'sinting'.
Hal ini karena gagasan Jokowi akan menjadikan 1 Muharram sebagai Hari
Santri Nasional.
"Fahri itu orang tidak tahu dan memahami sejarah Islam," kata Nusron kepada wartawan, Senin (30/6/2014).Menurut
Nusron, 1 Muharram itu merupakan hari sakral karena merupakan momentum
hijrah. Nusron menambahkan, tahun Hijrah bukan hanya dimaknai simbolik
dari Makkah menuju Madinah, tetapi juga revolusi mental bagian dari
substansi hijrah.
"Hijrah dari pemerintahan yang korup menuju pemerintahan yang bersih. Termasuk hijrah menuju akhlakul karimah," ujarnya.
Nusron
menjelaskan, usulan para kiai dan santri yang diamini Jokowi, yang akan
menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri itu merupakan momentum hijrah
menuju akhlakul karimah bangsa Indonesia yang dipelopori para santri.
"Sebagaimana
dulu para santri-nya mbah Hasyim Asy'ari memelopori perang melawan
sekutu pada 10 November, kemudian dijadikan sebagai hari pahlawan,"
jelas Nusron.
"Kalau gagasan itu dianggap sinting, berarti yang
menganggap sinting, berarti bahlul dan sontoloyo. Dan tidak bisa
memaknai hijrah dalam kontek santri di Indonesia," sindirnya.
Bagi
Nusron, Jokowi justru lebih baik karena menebar kebaikan-kebaikan yang
sifatnya inspiratif seperti hari santri, Hari Inovasi Nasional, Hari
Buruh dan sebagainya daripada menebar janji kekuasaan dan kursi menteri
kepada semua pendukungnya.
"Lagian dengan memberikan hari itu
apakah mengganggu produktivitas bangsa Indonesia. Saya kira lebih banyak
manfaatnya dari pada mudharatnya," jelas Nusron.
"Fahri adalah
teman dan sahabatnya saya. Cuma karena ide ini dilontarkan Jokowi calon
presiden yang tidak dia dukung, mungkin saja dia sewot dan jeales.
Janganlah di bulan puasa menilai gagasan orang dengan kebencian. Lebih
baik banyak ngaji di bulan puasa," tandasnya. [merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar