Calon Presiden (Capres) nomor urut 2, Joko Widodo (Jokowi), ditanya
penggiat dunia maya atau Netizen, soal sikapnya atas reaksi yang
menentang kebijakan pemerintah jika ia terpilih sebagai presiden.
Gubernur DKI Jakarta non-aktif itu mengaku siap bertindak tegas jika memang aksi itu mengganggu keamanan negara.
"Kalau itu menyangkut sebuah keamanan negara, menyangkut keresahan,
menurut saya bisa dilakukan (tindakan tegas)," katanya didepan ratusan
Netizen, di hotel Lumire, Jakarta Pusat, Kamis (26/6/2014).
Namun demikian jika hal itu hanya terkait kritik pedas untuk
mengingatkan pemerintah, Jokowi mengaku keberatan. Ia pun mengaku tidak
mempermasalahkan kritik pedas yang disampaikan kepadanya di media sosial
selama ini.
"Di darat sama juga,
saya dengan senang hati (menerima kritik pedas). Jangan dipikir semua
yang kita lakukan betul, belum tentu," ujarnya.
Ia mengaku saat menjadi Wali Kota Solo
pernah mengumpulkan sekitar 6000 warga Solo, untuk didengarkan
keluhannya. Pertama kali hal itu digelar, yang diutarakan ribuan warga
itu kata dia adalah hal yang sama, yakni kritikan dengan kata-kata
kasar.
Pada pertemuan berikutnya, jumlah warga yang datang untuk mengeluarkan kata-kata kasar untuknya berkurang.
"Pada (pertemuan) ke tiga sudah tidak ada lagi yang ngomong (kasar). Kita ini terbuka, saya juga tidak masalah (dikritik),
Kasus jatuhnya pemimpin Mesir, Husni Mubarak, beberapa tahun lalu kata
dia bisa dijadikan contoh. Saat itu media massa dibungkam pemerintah,
namun melalui media sosial masyarakat bisa menyebarluaskan idenya,
hingga akhirnya timbul pergerakan yang menumbangkan Husni Mubarak.
"Kayak sekarang dari saya tidak ada yang bisa ditutupi," tandasnya. [tribun]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar