Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menyatakan tidak akan datang jika dipanggil
Pansus MRT atau Monorel DPRD DKI Jakarta. Dia memilih memutus perwakilan
yang lebih mengetahui proyek terkait.
"Direktur Utama MRT-lah
yang datang. Kan dia yang tahu semua penjelasannya," ujar Jokowi ditemui
di Balaikota, Jakarta, Rabu (17/7/2013)
Menurut Jokowi, dia
mengetahui dua proyek tersebut hanya secara makro saja. Sementara, untuk
hal yang di permasalahkan Pansus, Jokowi telah menyerahkan kepada
pelaksana megaproyek tersebut.
"Atau kalau enggak, Bappeda
(Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah) DKI saja. Mereka yang tahu
detilnya, saya kan makronya aja," kata Jokowi.
Jokowi mengaku tak
khawatir soal pembentukan Panitia Khusus MRT (Mass Rapid Transit) serta
Monorel oleh DPRD DKI Jakarta. Ia malah berharap, Pansus mendukung dua
proyek itu. Sebab, pihaknya telah pontang-panting memulai kedua proyek
bernilai triliunan rupiah tersebut.
"Kan harapannya dipanggil (DPRD DKI) lalu di-back-up. Dipanggil lalu didukung. Kan awal-awal kita didorong, kita sudah loncat sana-sini," lanjutnya.
DPRD
DKI membentuk pansus untuk program Pemprov DKI Jakarta, yakni
transportasi massal berbasis rel MRT dan Monorail, karena masih memiliki
ganjalan terkait legalitas, pembiayaan, dan operasional. Aspek
legalitas, hingga saat ini, jalur monorel belum tertuang dalam Perda
Nomor 1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI
2013-2030. Jalur yang baru dicantumkan dalam perda itu hanya jalur green line dan blue line
yang akan dikerjakan PT Jakarta Monorail. Sedangkan jalur monorel yang
akan dikerjakan BUMN PT Adhi Karya, belum masuk ke RTRW.
Aspek
pembiayaan, DPRD DKI merasa perlu mengetahui apakah akan ada subsidi
dari APBD, apabila proyek ini gagal dikerjakan oleh pihak swasta.
Pasalnya, proyek ini tidak melalui tender dan tanpa melalui persetujuan
DPRD DKI. Untuk aspek operasional, pembahasan tersebut terkait
penggunaan produk kereta monorel dari Cina, bukan produk dalam negeri.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar