Kalimat pergunjingan Jokowi melanggar sumpah jabatan karena ikut kontestasi Pilpres adalah hak demokrasi setiap orang.
Dari perspektif normatif etis, Jokowi adalah citizen (warga negara)
yang punya hak untuk terus menguji "daya laku" pengabdiannya pada bangsa
dan negara, tidak harus vertikal struktural, bisa saja horisontal
(menjadi gubernur di provinsi lain) bahkan diagonal (meluncur ke level
lebih rendah) selama aturan main tersedia untuk itu, begitulah negara
hukum bertindak tanpa diskriminasi.
Karena menjalankan satu kewajiban dengan lebih dulu menyingkirkan
kewajiban yang lain adalah berbeda dengan menjalankan satu kewajiban
sambil memikul kewajiban yang lain.
Dalam konteks Indonesia Belajar Demokrasi, Jokowi tidak meninggalkan
warga Jakarta secara pikir hati dan kaki, melainkan "cara konstitusi"
mengizinkan militansi dan dedikasi Jokowi "dikontestasi eleksi "
demokrasi, kalau rakyat suka, ada aturan yang melindunginya.
Begitu juga sebaliknya. Dalam kapasitas Pemimpin Jokowi berkarakter
Sumber "NYAWA" atau Nasionalis Sejati Yakin Amanah Warisan Agung dari
Sang Penguasa Kehidupan, dan Indonesia menyediakan kanvas yang boleh
dilukis sejarah kebesarannya oleh semua anak bangsa tanpa kecuali
termasuk Jokowi untuk mewujudkan " Let a New Indonesia and The Champion
in the World melalui Rental Serangga (Revolusi Mental Sekarang Juga),
dengan Politik SKAK MAT atau Strategi Kunci Ampuh Kampanye Merakyat
Apaadanya Tanpa Jumawa, jika 9 Juli menakdirkannya, Pasti Bukan Kerja
Manusia Semata, melainkan Campur Tangan Penentu Kehidupan. [tribun]
Berita Hatta Rajasa :
BalasHapus1. Hatta Rajasa Bertanggungjawab atas Migas.
http://m.energitoday.com/2014/06/29/hatta-rajasa-bertanggung-jawab-atas-migas/
2. SKK Migas : SBY Harus Adukan Mafia Migas Hatta Rajasa - Riza ke KPK
http://indonesiarayanews.com/read/0000/00/00/96578/skk-migas-sby-harus-adukan-mafia-migas-hatta-rajasariza-ke-kpk