Calon presiden (capres) nomor urut 2 Joko Widodo memastikan akan mempertahankan sistem pemilihan langsung.
Menurutnya, pemilihan tidak langsung bukan representasi demokrasi.
Hal tersebut disampaikannya saat berbincang-bincang dengan dua orang wartawan dari media asing di Cilegon, Selasa (1/7/2014) malam.
Kedua jurnalis asing ini menanyakan pendapat Jokowi tentang pernyataan rivalnya, Prabowo Subianto yang menganggap pemilihan langsung tidak sesuai dengan budaya Indonesia.
"Itu (pemilihan tidak langsung) bukan demokrasi, itu kemunduran," jawab Jokowi dalam bahasa Inggris.
Jokowi meyakini bahwa inti dari demokrasi adalah mendengarkan keinginan rakyat. Karenanya, tidak mungkin demokrasi berjalan dengan sistem pemilihan tidak langsung.
Capres yang diusung oleh lima partai politik (parpol) itu menilai, sistem pemilu di Indonesia sudah berada di jalan yang benar.
Meski diakuinya berbagai perbaikan dan penyempurnaan tetap perlu dilakukan.
Lebih lanjut, Jokowi mengatakan bahwa penerapan sistem pemilihan langsung sebenarnya tidak perlu diperdebatkan lagi. Pasalnya, hal tersebut sudah menjadi keinginan rakyat.
"Saya yakin rakyat ingin pemimpin yang mengetahui apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka inginkan," papar Gubernur DKI Jakarta nonaktif ini.
Sebelumnya, Prabowo menilai Indonesia sudah terlalu banyak menyerap kebudayaan barat. Padahal, ada beberapa yang tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia.
"Padahal tidak cocok. Tapi sudah telanjur. Seperti pemilihan langsung, ini juga sudah telanjur. Perlu konsesus baru. Pemimpin politik, cendekiawan, agama, budaya, bahkan buruh. Saya tidak ingin kejanggalan ini membiarkan kita keluar dari nilai-nilai budaya nenek moyang kita," kata Prabowo dalam acara dialog kebudayaan di Jakarta, Sabtu (28/6). [jpnn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar