Kata "blusukan" menjadi populer sejak Joko Widodo menjabat
Gubernur DKI Jakarta. Aktivitasnya ke luar masuk kampung di Ibu Kota
pada awal masa jabatannya mendapatkan sorotan media. Apa yang dilakukan
Joko Widodo alias Jokowi dianggap tak biasa. Sejumlah komentar dan
penilaian pun dilayangkan terhadap hobi blusukan Jokowi. Nama
Jokowi pun menjadi populer di antero Tanah Air. Bahkan, dalam sejumlah
survei, ia menjadi kandidat calon presiden terkuat saat ini.
Peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat Marzuki Alie menilai, Jokowi melambung karena peran media.
"Seperti nama Jokowi, media itu kan ke mana-mana beritain
Jokowi. Ini yang memengaruhi masyarakat di daerah, padahal mereka tidak
kenal Jokowi. Saya sempat tanya kenapa warga di daerah itu suka Jokowi?
Mereka bilang karena media, padahal mereka tidak tahu apa prestasinya
Jokowi," ujar Marzuki saat berkunjung ke Redaksi Kompas.com, Senin (6/1/2014).
Selain terbantu oleh publikasi media, Jokowi, kata Marzuki, juga memiliki ruang untuk melakukan "hobi" blusukan-nya. Marzuki mengatakan, di Jakarta, Jokowi bisa dengan leluasa melakukan blusukan dan jarang berada di kantor. Tugas manajerial, sebut Marzuki, lebih banyak dilakukan oleh wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama.
Namun, menurutnya, blusukan
ala Jokowi ini tidak bisa leluasa dilakukan di daerah lain yang kepala
daerah di tingkat kabupatennya berasal dari berbagai partai politik.
"Jokowi, di Jakarta bisa blusukan
karena wali kotanya dia yang menentukan. Di daerah, bupati dan wali
kotanya beragam warna, beda dengan Jakarta. Jadi, untung dia, punya
ruang," kata Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu.
Jika Jokowi menjadi presiden, Marzuki mengaku tak bisa membayangkan jika kader PDI Perjuangan itu tetap melakukan aktivitas blusukan-nya.
"Memang kalau jadi presiden bisa begitu blusukan? Misalnya, pas pagi berangkat ke Papua, terus pindah lagi ke Kalimantan. Terus blusukan di sana. Hasilnya apa?" kata Marzuki.
Ia
mengatakan, pemimpin itu sama seperti dokter. Dokter yang hebat, ujar
Marzuki, adalah dokter yang bisa mendiagnosis dengan tepat sebuah gejala
penyakit sehingga obat yang diberikan pun mujarab. Pemimpin juga harus
mengerti persoalan, memiliki gagasan dan komitmen.
"Yang paling penting adalah blusukan pikiran, bukan fisik," kata Marzuki.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar