Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dinilai terlalu lama soal strategi pemenangan Pemilu 2014, dengan belum mengeluarkan nama bakal capres yang akan diusung. Padahal, saat Rakernas di Ancol, Jakarta, beberapa waktu lalu, niat untuk menjadi pemenang Pemilu 2014 sangat jelas tergambarkan.
Sayangnya, menurut Pengamat Politik UI Ari Junaedi, niat itu belum terimplementasikan dengan baik. Misalnya, ujar dia, salah satu daya jual dan daya tarik PDIP adalah pada sosok Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi). Namun, hingga sekarang nama Jokowi belum disebut sebagai calon presiden resmi dari PDIP.
Padahal kondisi demikian akan rawan memancing strategi black campaign dari parpol-parpol lain.
"Nama Jokowi belum dicapreskan resmi dari PDIP saja sudah menggetarkan kandidat-kandidat presiden yang lain, apalagi jika sudah dinyatakan resmi oleh Megawati," tegas Ari di Jakarta, Senin (25/11/2013).
"Jika nama Jokowi resmi diusung sebagai capres andalan PDIP maka kerja kampanye calon-calon legislatif PDIP di pileg 2014 akan diuntungkan dan dimudahkan. Istilahnya, teman-teman caleg PDIP akan mendapat amunisi baru serta menghemat banyak biaya kampanye."
Dia menekankan hal itu karena mendapat informasi akurat dari teman-teman caleg dari parpol lain yang mengaku "kesusahan" berkampaye karena lemahnya figur capres yang diusung partainya.
Menurut pengajar Program Pascasarjana dan Sarjana UI ini, PDIP akan mengalami kerugian teramat besar jika Jokowi tidak dicapreskan dalam waktu dekat - terlebih lagi tidak dicalonkan.
Ari menilai tidak ada nama kader-kader di PDIP yang begitu kuat, berkarakter dan menjadi media darling seperti halnya Jokowi.
"Ibaratnya PDIP itu Barcelona, Jokowi layak disejajarkan dengan Lionel Messi. Jadi akan rugi besar, jika nama besar Jokowi ditenggelamkan oleh PDIP. Kalaupun Jokowi tidak jadi diusung oleh PDIP, siap-siap saja kembali menjadi partai oposisi sejati," tandas Ari.
Sumber :
beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar