Elektabilitas kader terbaik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Joko Widodo (Jokowi), tak terbendung. Pencapresan Jokowi dalam survei
dinyatakan mampu mendongkrak elektabilitas PDIP memenangi Pemilu 2014. Namun sampai saat ini beberapa pendukung Jokowi
ada yang merasa bahwa nasib Jokowi hanya 'digantung', tanpa kepastian pencapresan dari PDIP. Bahkan banyak yang tak sabar menunggu ikut terjebak dalam simponi 'trah Soekarno' yang sengaja dihembuskan oleh lawan politik PDIP dan mengganggap PDIP hanya memanfaatkan Jokowi untuk melanggengkan 'trah Soekarno'.
Lembaga
survei Indikator Politik Indonesia pimpinan Burhanudin Muhtadi yang
merilis hasil surveinya pada Kamis (21/11/2013), sudah menunjukkan
Jokowi sebagai capres paling dikenal dan disukai. Tak hanya itu, Jokowi
juga merupakan capres top of mind (paling dikenal), di mana ada 18%
responden yang mengenal Jokowi, diikuti Prabowo Subianto (6,9%), dan
Aburizal Bakrie (5,7%).
Namun ada hasil survei yang lebih menarik
lagi, yakni pencapresan Jokowi menjadi jaminan kemenangan PDIP di 2014.
Hasil survei Burhanudin Muhtadi tersebut memperkirakan PDIP bakal
meraih 37,8% suara jika PDIP dicapreskan. PDIP berada di rangking satu
di atas Golkar (14,6%), dan Gerindra (6,6%).
Hasil survei politik
yang selama ini menunjukkan 'kesempurnaan' Jokowi tak membuat PDIP
memperjelas nasib politik Jokowi. Alih-alih memberi sinyal deklarasi
pencapresan Jokowi, PDIP lebih senang 'menggantung', memanfaatkan
elektabilitas Jokowi untuk mendongkrak suara partai, tanpa memberi
jaminan pencapresan Jokowi. Kenapa PDIP memilih menggantung Jokowi?
"Pertama,
PDIP ingin melihat apakah popularitas Jokowi bertahan sampai sampai
Pemilu legislatif tahun depan," kata pengamat politik yang juga Direktur
Lembaga Survei Indo Barometer, M Qodari, kepada detikcom, Senin
(25/11/2013).
Alasan kedua adalah PDIP mencoba mengamankan
Jokowi. Karena lonjakan elektabilitas Jokowi sejaligus menjadikan
Gubernur DKI Jakarta itu sebagai 'sasaran tembak'.
"Kedua, PDIP
tidak ingin Jokowi jadi sasaran tembak para kompetitor politik. Dan
alasan ketiga, mungkin Ibu Mega masih mau nyapres lagi tahun depan,"
katanya.
Lalu sampai kapan Jokowi 'digantung'? Apakah PDIP akan
benar-benar mencapreskan Jokowi yang elektabilitasnya tak terbendung,
ataukah hanya memanfaatkan Jokowi untuk mendongkrak suara partai dan
kemudian mengantar sekali lagi pencapresan Mega?
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar