Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo akhirnya menyetujui untuk melanjutkan
megaproyek enam ruas tol dalam kota. Banyak pihak yang setuju dengan
langkah Jokowi, tetapi tidak sedikit pula yang sangat menyesalkan
kebijakan tersebut. Langkah Jokowi mendapatkan tentangan karena
kebijakan itu dinilai tidak prorakyat.
Kecaman dari berbagai pihak tersebut ternyata memang telah terdengar
sampai ke telinga mantan Wali Kota Solo tersebut. Jokowi mengaku terus
memantau pihak-pihak yang memberikan protes kepadanya melalui akun
Twitter pribadinya, yaitu @jokowi_do2.
"Sekali lagi saya sampaikan kalau saya itu pro pada transportasi massal; agar elevated
bus bisa masuk, silakan. Jangan dikomentari terlalu jauh dulu-lah. Saya
dengar kok dari pakar-pakar, termasuk mereka yang berkicau di twitter.
Lah iya saya juga mengerti kok baca-baca terus," kata Jokowi di
Balaikota Jakarta, Jumat (11/1/2013).
Langkah selanjutnya, kata dia, akan membuat public hearing
untuk proyek enam ruas tol dalam kota. Jokowi berjanji akan mengundang
semua pakar dan pengamat, terutama yang protes terhadap kebijakan
tersebut. Sementara itu, Jokowi juga mengaku belum pernah bertemu dengan
konsorsium penggerak jalan tol, yaitu PT Jakarta Tollroad Development.
"Belum ketemu.
Saya kan baru dengar dari Kementerian Pekerjaan Umum. Nanti
diterangkan, lho, saya itu setuju dengan catatan, catatan itu jangan
ditutup-tutupi. Sekali lagi catatan jangan ditutup. Kalau perlu kamu block yang gede," ujarnya sambil tertawa.
Melalui public hearing
yang Jokowi janjikan, dengan itu, ia mengharapkan warga dan para
pengamat untuk tidak berkomentar negatif terlebih dahulu terkait
kebijakan enam ruas tol dalam kota. "Saya mau denger kok semua
pendapat dari pakar-pakar, termasuk mereka yang berkicau di Twitter. Lha
saya mengerti dan baca kok kritikan dan kecaman yang disampaikan ke
saya," katanya.
Salah satu pihak yang tidak setuju dengan
kebijakan Jokowi adalah pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti,
Nirwono Joga. Dia sangat menyayangkan keputusan Jokowi untuk melanjutkan
pembangunan enam ruas jalan tol dalam kota. Dia menilai, Jokowi tidak
tahan terhadap tekanan pemerintah pusat dan terlihat tidak konsisten
dalam menjalankan komitmennya untuk selalu prorakyat.
"Tidak ada jaminan kuat kalau pembangunan enam ruas jalan tol ini dapat mengurai kemacetan Jakarta. Lha wong pembangunan
jalan tol ini hanya memunculkan titik kemacetan baru. Lihat saja, ruas
tol dalam kota di Seoul, Boston, dan Chicago saja sudah dirobohkan.
Kenapa Jakarta justru akan membangun tol dalam kota baru," kata Nirwono.
Seperti
diberitakan sebelumnya, pembangunan enam ruas jalan tol dibagi empat
tahap yang rencananya selesai pada 2022. Tahap pertama, ruas
Semanan-Sunter sepanjang 17,88 kilometer dengan nilai investasi Rp 9,76
triliun dan Koridor Sunter-Bekasi Raya sepanjang 11 kilometer senilai Rp
7,37 triliun.
Tahap kedua, Duri Pulo-Kampung Melayu sepanjang
11,38 kilometer dengan nilai investasi Rp 5,96 triliun dan
Kemayoran-Kampung Melayu sepanjang 9,65 kilometer senilai Rp 6,95
triliun.
Tahap ketiga, koridor Ulujami-Tanah Abang dengan panjang
8,27 kilometer dan nilai investasi Rp 4,25 triliun. Terakhir, Pasar
Minggu-Casablanca sepanjang 9,56 kilometer dengan investasi Rp 5,71
triliun.
Jika sudah selesai, maka keenam ruas tol itu akan menjadi
satu dengan tol lingkar luar milik PT Jakarta Tollroad Development,
tetapi tarifnya akan terpisah dengan tol lingkar luar.
Sumber :
megapolitan.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar