Dua calon presiden (capres) peserta
Pemilu Presiden (Pilpres) 2014, Joko Widodo dan Prabowo Subianto dinilai
memiliki sikap yang bertolak belakang saat menghadapi pers. Prabowo
dinilai tidak ramah dan cenderung mengantagonisir pers, sementara Jokowi
justru sebaliknya.
Pakar psikologi politik Universitas
Indonesia (UI) Hamdi Moeloek menilai Prabowo sebagai sosok yang tidak
mampu menghadapi pers dengan baik. Pasalnya, mantan Danjen Kopassus TNI
itu selalu menganggap pemberitaan buruk tentangnya sebagai sebuah
serangan personal.
"Siapa yang selalu curiga pada pers?
Prabowo bilang pers itu tidak bisa dipercaya, hakim saja bisa dibeli
apalagi wartawan. Dia selalu berpikir pers akan menghabisi saya," kata
Hamdi dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (31/5).
Padahal, kata Hamdi, jika Prabowo memang
keberatan dengan sebuah pemberitaan sudah ada cara yang lebih elegan
untuk melakukannya. "Ini tidak mencerminkan negarawan. Kita punya
etikanya, bisa disomasi," ujarnya
Sikap Prabowo, lanjut Hamdi, kontras
dengan Jokowi yang kerap bercanda dengan wartawan. Padahal, Jokowi
sebagai Gubernur DKI Jakarta relatif lebih sering diekspos media
dibanding Prabowo. "Terlepas anggapan orang Jokowi media darling, ini
menunjukan sikap yang lebih terbuka dan percaya kepada media," ucapnya.
Peneliti Senior Lembaga Pemilih
Indonesia (LPI) Karyono Wibowo juga menilai Jokowi lebih elegan dalam
menghadapi media dibanding Prabowo. Pasalnya, Jokowi bisa mengendalikan
emosi ketika menghadapi pertanyaan-pertanyaan wartawan yang bersifat
menyerang.
"Ketika ditanya soal pelanggaran HAM
misalnya, Prabowo selalu kelihatan sangat emosional. Bandingkan dengan
Jokowi merespon pernyataan tentang korupsi Transjakarta, sangat santai
elegan. Meskipun dia ngggak gembar gembor menjamin kebebasan pers," kata
Karyono.(dil/jpnn)
ini blog apaan sih?
BalasHapusSudah saat nya Bangsa Indonesia memiliki Pemimpin yang terbuka, dekat dengan Pers dan rakyat, jujur, bersih, tegas dan berwibawa dan sederhana...Bravo Jokowi-JK
BalasHapus