Hasil survei yang dirilis Lingkaran Survei Indonesia (LSI)
menunjukkan bahwa mayoritas warga NU lebih memilih pasangan Joko Widodo
(Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) ketimbang Prabowo Subianto-Hatta Rajasa jika
Pilpres digelar pada saat survei dilakukan.
Menurut pengamat politik dari Lingkar Madani (Lima) Indonesia, Ray
Rangkuti, survei itu menandakan bahwa faktor Hasyim Muzadi dan Khofifah
Indar Parawansa, selaku pendukung Jokowi-JK, secara kultural lebih
berpengaruh dibanding
Said Aqil Siradj dan Mahfud MD yang mendukung
Prabowo-Hatta.
"Ada tiga hal yang membuat mengapa Hasyim Muzadi dan Khofifah
terlihat lebih berpengaruh secara politik dibandingkan Said-Mahfudz.
Setidaknya melalui survei itu," kata Ray, di Jakarta, Sabtu (31/5).
Hal pertama, menurut Ray, bagaimanapun Hasyim adalah mantan Ketua
Umum PBNU selama dua periode. Wibawa dan ketokohan Hasyim terus
terpelihara dengan baik hingga sekarang.
Bahkan pada tingkat tertentu,
penerimaan kultural warga NU terhadap Hasyim terlihat tak tergerus
sampai sekarang.
"Komunikasi beliau dengan basis-basis kiai, ulama dan cendekiawan NU
tetap terpelihara dengan baik. Efeknya tentu pada sikap politik warga
nahdliyin," ujarnya.
"Saat yang sama, figur Khofifah bagi warga fatayat NU tentu menonjol.
Untuk saat ini, Khofifah seperti figur fatayat NU yang terlihat
dominan. Di barisan inilah, perempuan (fatayat) warga NU berdiri
mengikuti alur pilihan politik Khofifah," jelasnya.
Hal kedua, kata dia, Said Aqil sekalipun sebagai Ketua Umum PBNU,
tetapi terlihat tidak punya pengaruh kultural yang signifikan bagi warga
NU. Kharismanya, kata dia, tak terlalu kuat melampaui kharisma Hasyim.
"Lebih-lebih dukungan Said ke Prabowo lebih sebagai sikap pribadi
dari pada sikap organisasi. Di saat yang sama, Said terlihat tidak
'mengkomunikasikan' pilihan politknya ke basis-basis NU," ujarnya.
Sementara Mahfud MD dinilai tidak berpengaruh karena memang tak
memiliki basis yang berakar di NU. Pintu masuk Mahfud ke lingkungan NU
banyak melalui PKB, yang justru saat ini ditinggalkannya demi pasangan
Prabowo.
"Sudah dapat dibaca apa efek dua tokoh ini ke warga NU," tukasnya.
Ketiga, lanjut dia, kemampuan Hasyim Muzadi dan Khofifah melakukan
komunikasi pilihan-pilihan politik mereka ke warga NU tentu menjadi
salah satu faktor.
Berbeda dengan Said, kata Ray, dua tokoh ini menjelaskan secara
terbuka argumen-argumen mereka memilih pasangan Jokowi-JK. Selain karena
alasan-alasan umum, penjelasan mereka berdua bahwa JK adalah kader NU
sangat membantu penerimaan warga NU atas Jokowi-JK.
"Di sini politik asosiasi jadi terlihat. Sementara di pasangan
Prabowo-Hatta, asosiasi itu bukan saja sulit dijelaskan tapi bahkan
mungkin dilihat bertolak belakang dari ke NU-an. Di sini, Said dan
Mahfud dilihat bukan sebagai representasi NU. Tapi sebagai pribadi yang
memiliki hubungan dengan NU," kata dia.
"Kiranya inilah yang membuat mengapa Hasyim Muzadi dan Khofifah
terlihat lebih berpengaruh secara politik dibandingkan Said-Mahfud."
Seperti diketahui, dalam survei LSI pasangan Jokowi-JK unggul di
empat komunitas pemilih yakni komunitas NU, petani, buruh, dan ibu rumah
tangga. Sementara Prabowo-JK hanya unggul di komunitas Muhammadiyah. [beritasatu]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar