Panitia Khusus (Pansus) MRT DPRD DKI Jakarta akan memanggil kembali
Pemprov DKI Jakarta dan Dirut MRT minggu depan untuk mempertanyakan
persoalan Analisa Dampak Lingkungan (Amdal) dan analisa kelayakan MRT.
"Minggu
depan akan kita panggil untuk bahas soal Amdal, Analisa atas tambahan
kelayakan, resiko, portofolio," ujar Ketua Pansus MRT Triwisaksana
(Sani) di Gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (16/7/2013).
Wakil Ketua
DPRD DKI Jakarta ini mengatakan laporan Amdal yang dikemukakan oleh
Dirut PT MRT Dono Boestami setiap 3 bulan sekali seharusnya dilakukan
saat proyek berjalan. Namun, sampai saat ini proyek tersebut belum
berjalan tetapi hanya seremonial di bundaran HI oleh Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo (Jokowi) pada 30 Mei lalu.
"Laporan
soal Amdal itu dalam aturan dilaksanakan kalau proyek sudah jalan. Ini
mana, saya denger cuma di HI waktu itu pukul-pukul gong segala,"
sindirnya.
Sedangkan, analisa kelayakan, risiko, portofolio perlu
dibahas karena harus meminta persetujuan DPRD. Hal ini terkait tambahan
pinjaman Rp 7,5 triliun ke Jepang.
"DPRD minta analisis mutakhir yang terkait dengan itu karena sifatnya utang karena dibayar dengan APBD juga," jelasnya.
Politisi
PKS ini mengungkapkan total biaya pembangunan MRT sebesar 135 miliar
yen atau Rp 13 Triliun untuk tahap 1 yakni Lebak Bulus hingga HI.
Kesepakatan melalui loan agreement dengan JICA sebesar Rp50 miliar yen
atau Rp 5 Triliun. Sehingga, dalam Loan agreement baru sebesar Rp 75
miliar yen atau Rp 7,5 triliun.
"Gubernur berdasarkan Bappenas
minta persetujuan DPRD untuk tambahan karena utang yang 51 persennya
dibayar DKI. Sedangkan, Dana pendamping 10 persen diambil dari APBD,"
ungkapnya.
Sementara itu, Dirut PT MRT Dono Boestami mengaku
Amdal sudah ada hanya tinggal disampaikan ke DPRD. Ia menyatakan
seharusnya tidak ada perubahan Amdal.
"Seharusnya sih enggak ada.
Karena itu sudah sampai bundaran HI. Yang mengurus amdal juga kan
pemprov jadi seharusnya enggak ada masalah," ucap Dono.
Sumber :
merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar