Pada saat Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, marah besar kepada para "pembonceng gelap", banyak pihak yang menganggap bahwa Mega sakit hati karena popularitasnya tersaingi oleh Prabowo Subianto dari Gerindra. Setelah setahun lebih Mega berteriak, baru-baru ini kebenarannya mulai terungkap.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kembali
mengingat-ingat bunyi pesan pendek (SMS) yang masuk ke telepon
genggamnya setahun silam. Dua jempolnya memencet tombol telepon pintar
dan menelusuri sejumlah pesan yang masuk. Pesan yang dia cari adalah SMS
yang datang dari salah satu kader partai Gerakan Indonesia Raya.
Melalui
pesan pendek kader tersebut berusaha mengintervensi kebijakan Ahok
selaku wakil gubernur DKI Jakarta. Sayang pesan pendek tersebut tak lagi
bisa ditemukan Ahok. Dia pun mengaku tak ingat isi SMS tersebut.
“Sudah
lupa lho ya, sudah lama, sudah ada setahun lebih. Aku itu orangnya
paling cepat lupa, masalahku begitu, gawatnya musuh aku pun aku lupa.
Aku mesti cek dulu sebentar ya,” kata Ahok kepada detikcom, Selasa
(3/12/2013) di Balai Kota.
Dia kembali berusaha mengingat isi
pesan tersebut, namun gagal. Intinya menurut dia sang kolega di Partai
Gerindra meminta Ahok tidak merelokasi warga yang tinggal di bantaran
waduk Pluit. Sang sohib menilai kebijakan Jokowi-Ahok tidak
menguntungkan Partai Gerindra.
Rupanya SMS yang masuk ke telepon
genggam Ahok itu hanya satu dari sekian upaya politisi untuk merecoki
kinerja Jokowi-Ahok. Seorang staf di Balai Kota Jakarta yang tak mau
namanya disebutkan mengisahkan, saat awal pasangan itu menjabat banyak
orang dari partai politik berseliweran di kantor gubernuran.
“Banyak
orang partai yang datang, kalau gagal di lantai 1 (kantor Jokowi)
mereka ke lantai 2 (ruang kerja Ahok), atau ke lantai 2 dulu baru ke
lantai 1. Ada berapa banyak orang Gerindra yang kena semprot sama pak
Ahok,” kata staff tersebut kepada detikcom.
Menurut dia biasanya
kader parti politik yang datang menemui Jokowi atau Ahok adalah untuk
titip menitip kursi-kursi jabatan strategis, seperti direksi perusahaan
daerah. Masih menurut orang yang sama, titip menitip dan meminta jabatan
tidak hanya dilakukan oleh satu dua orang saja. Mereka seakan ikut
membonceng Jokowi dan Ahok.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar