Pemilihan presiden 9 Juli tinggal menghitung hari. Kedua pasangan capres
dan cawapres, Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK tengah bersaing ketat. Sebab
kedua kubu saling mengklaim jika masing-masing pasangan memprediksikan
bakal memenangkan pemilu 2014.
Berdasarkan temuan hasil survei
Indo Barometer, baik Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK bersaing ketat. Tren
kedua pasangan tersebut memang mengalami kenaikan. Namun, pasangan
Prabowo-Hatta tampak signifikan alami peningkatan.
Menurut
Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari, hasil survei yang dilakukan
bulan Juni bahwa pasangan Prabowo-Hatta kian naik tingkat
elektabilitasnya, dibandingkan Jokowi-JK. "Berdasarkan hasil Survei
16-22 Juni 2014 elektabilitas Prabowo terus mengalami peningkatan dan
Jokowi mengalami penurunan. Prabowo-Hatta 42,6 persen dan Jokowi-JK 46
persen," kata Qodari di Hotel Harris, Tebet Jakarta Selatan, Minggu
(29/6/2014) lalu.
Qodari mengatakan, dalam masa kampanye pilpres
Prabowo-Hatta berhasil mendongkrak 6,1 persen suara sebaliknya Jokowi
turun 3,9 persen. Kenaikan elektabilitas Prabowo-Hatta lantaran koalisi
partai yang mendukungnya memiliki kekuatan solid. Terlebih, mesin partai
politik juga diisi para politisi elite.
Hal ini berbeda dengan
tim pemenangan Jokowi-JK yang belum maksimal dalam melakukan kampanye ke
masyarakat. "Pendukung Jokowi-JK harus aktif dan turun tangan," ucap
dia.
Sehingga, kerja partai politik mampu memperebutkan pemilih
swing voters untuk tidak Golput (golongan putih) pada pemilu tahun ini.
Dalam setiap Pemilu, fenomena golput memang selalu terjadi. Alasan
mereka rata-rata tidak percaya atau kurang mengenal dengan figur capres
yang ada.
Hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada
Pilpres 2009, jumlah pemilih yang golput tercatat sebanyak 49.212.158
orang atau 27,77 persen. KPU mencatat, jumlah pemilih yang menggunakan
haknya dalam Pilpres 2009 yaitu 127.999.965 orang atau 72,24 persen.
Sementara
itu, survei yang dilakukan oleh lembaga Founding Fathers House (FFH),
sebanyak 78,6 persen publik menyatakan akan menggunakan hak pilih mereka
pada Pilpres 2014, sedangkan 1,4 persen menyatakan tidak akan memilih.
Namun, sisanya 20 persen publik masih menyatakan tidak tahu akan memilih
calon pemimpin yang mana. Masyarakat yang termasuk 20 persen ini,
dikhawatirkan akan lari menjadi golongan yang tak akan menggunakan hak
pilihnya.
Peneliti senior FFH Dian Permata menemukan adanya
ancaman potensi golput yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia
seperti Papua, Jawa Timur, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Kepulauan Riau,
dan Riau. "Sementara pemilih yang tidak tahu apakah akan menggunakan
hak politiknya atau tidak tersebar merata di seluruh provinsi kecuali
DIY," kata Dian di kantornya, Jalan Prapanca Raya, Kebayoran Baru,
Jaksel, beberapa waktu lalu.
Melihat hasil rekapitulasi KPU
Pilpres 2009 dan hasil survei FFH, angka golput bisa jadi akan berkurang
pada tahun sebelumnya. Di sisi lain juga, alasan pemilih untuk tidak
golput pada Pilpres 2014 yakni adanya dua figur Capres Prabowo Subianto
dan Joko Widodo.
Koordinator Peneliti Pusat Penelitian Politik
Nasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Irine Gayatri
mengatakan, pemilih yang memilih pasangan Prabowo-Hatta karena memiliki
figur yang tegas. Selain itu, pasangan ini memiliki dukungan dari
partai-partai Islam seperti PPP, PKS dan PAN yang dapat menarik massa
Islam. "Prabowo didukung partai-partai yang berbasis agama," katanya.
Sedangkan
untuk pasangan Jokowi-JK memiliki sosok yang merakyat dan tidak
memiliki rekam jejak Orde Baru. "Kebijakan-kebijakannya (Jokowi saat
jadi wali kota dan gubernur) populis atau berkaitan dengan yang
diinginkan rakyat," kata Irine.
Menurutnya, saat menjabat sebagai
wali kota Solo, Jokowi berhasil merelokasi pedagang kecil tanpa
menimbulkan konflik sedikitpun. Saat menjadi Gubernur DKI, Jokowi
menyediakan berbagai fasilitas untuk rakyat kecil seperti Rusun dan
Kampung Deret.
Dengan memiliki sisi positif kedua capres
tersebut, diharapkan angka golput dapat berkurang pada Pilpres 9 Juli
nanti. Sehingga masyarakat dapat memberikan hak pilihnya terhadap kedua
pasangan capres dan cawapres tersebut dengan bijak. [merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar