Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia
(Sigma), Said Salahudin mengemukakan, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) saat ini laris manis
setidaknya karena dua hal.
Pertama, PDI-P adalah partai oposisi, yang
pada pemilihan legislatif (Pileg) nanti posisinya diuntungkan akibat
partai pemerintah yang berkuasa saat ini dianggap tidak memuaskan rakyat, korupsi yang bertubi-tubi, ragu-ragu, lamban dan penuh pencitraan.
Kedua, mereka
memiliki Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi), yang diperkirakan
berpeluang menang dalam Pilpres karena elektabilitasnya paling tinggi
dan belum tergoyahkan oleh capres lain.
"Jadi kalau parpol lain ngebet berkoalisi dengan PDI-P pada Pilpres
nanti, itu hal yang wajar-wajar saja. Namun semua itu baru benar-benar
jelas setelah hasil Pileg diketahui. Bisa saja, misalnya, parpol yang
ngebet berkoalisi dengan PDI-P itu ternyata menang Pemilu. Nah, mereka
tentu akan lebih percaya diri untuk mengusung capres sendiri, dan
melupakan rencana koalisi dengan PDI-P," kata Said, di Jakarta, Jumat
(20/9/2013).
Sementara itu, peneliti senior LIPI, Siti Zuhro mengemukakan, Pemilu
2014 bisa menjadi milik PDI-P dan Jokowi, bila mood atau suasana (iklim)
politik bisa dipertahankan seperti saat ini. Artinya, Jokowi dan PDI-P
mampu mempertahankan image-nya seperti ini, sehingga animo publik tidak
berubah.
"Sinyal terakhir menunjukkan bahwa Ketua Umum PDI-P merespons kehendak
publik, dengan memberikan peran pada Jokowi di Rakernas, dan juga dalam
berbagai kesempatan menunjukkan kedekatannya dengan Jokowi. Sinyal itu
juga dapat diterjemahkan bahwa Jokowi adalah kader PDI-P, dan parpol lain
jangan mencoba-coba menariknya dari PDI-P," ujarnya.
Menurut Siti, sebagai figur penting partai, Jokowi diharapkan dapat
menjadi pendongkrak elektabilitas PDI-P di Pileg 20014 dan sekaligus
mampu memenangkan Pilpres. Dengan prediksi posisi PDI-P di Pemilu 2014
yang bisa jadi cerah seperti itu, maka tentu tak sedikit partai lain
yang menengok dan ingin berkoalisi dengan PDI-P. Pada saat yang sama,
partai-partai lain juga mulai membuat kalkulasi politik untuk
memenangkan pileg dan pilpres.
"Berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya, menyongsong Pemilu 2014
ini, partisipasi masyarakat dalam mengawal pemilu cukup menonjol. Rakyat
tidak lagi berpangku tangan menunggu pasangan capres-cawapres yang
ditawarkan partai-partai. Kali ini, rakyat ikut menentukan siapa calon
yang mereka kehendaki. Jokowi termasuk yang paling mengena di hati
rakyat karena dinilai bersahaja, komunikatif, tegas, konkrit dan amanah
(jujur)," tuturnya.
Sumber :
beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar