Problem masalah di Jakarta dinilai begitu kompleks. Kerja sama antara
pemerintah daerah dan pemerintah pusat mengatasi problem tersebut
diharapkan dapat membantu mempercepat dan memuluskan program-program
dari Pemprov DKI Jakarta.
Pengamat perkotaan Yayat Supriatna
menilai, tanpa adanya upaya kerja sama, program dari Pemprov DKI akan
berjalan lambat. Saat ini, lanjutnya, adanya kerja sama seperti
pembangunan rumah susun antara Kementerian Perumahan dan Pemprov DKI
menjadi upaya penting memuluskan beberapa program dari Pemprov DKI.
"Ini
hal yang bagus dan positif. Artinya ini menjadi program percepatan
mengatasi problem yang sangat tinggi di Jakarta," kata Yayat, saat
dihubungi pada Rabu (10/7/2013).
Menurutnya, pembangunan rumah
susun bagi warga Jakarta menjadi hal utama karena berkaitan dengan
banyak program dari Pemprov DKI Jakarta. Kendala akan ditemui tanpa
adanya percepatan seperti kerja sama dengan pemerintah pusat.
"Jadi
kalau ada program penanggulangan banjir, untuk relokasi warga di
bantaran sungai, tetapi tidak didukung dengan penyediaan rusun, ya
percuma," ujar Yayat.
Yayat mengatakan, program lain yang
berkaitan dengan hal itu yakni kerja sama antara Perusahaan Listrik
Negara (PLN) dan juga Kementerian Perhubungan. Kementerian Perhubungan
dapat membantu Pemprov DKI mengatasi masalah transportasinya.
Pembangunan rumah susun tanpa didukung transportasi yang dibenahi secara
baik juga akan menjadi masalah baru.
"Kita tidak ingin
mengulang kasus di Rusun Marunda. Warganya yang kerja di Muara Angke
harus mengeluarkan (biaya) transpor lagi dengan harga tinggi. Jadi,
kalau bangun rumah susun, tidak didukung transportasi, maka orang (yang
direlokasi) juga enggan mau pindah," ujar Yayat.
Adapun kerja
sama dengan PLN, menurutnya, untuk melengkapi fasilitas listrik atau
pemasangan instalasi listrik agar lebih mudah. Selain itu, Pemprov DKI
juga bisa mendapatkan tarif khusus untuk pemasangan instalasi listrik di
rusun dengan kerja sama tersebut.
"Jangan sampai rumah susunya ada, tapi listriknya tidak ada karena belum ada instalasinya," ujarnya.
Yayat
juga memandang perlunya penyediaan rusun bagi nelayan di wilayah utara
Jakarta, atau pembangunan rusun bagi warga yang masih tinggal di
kampung-kampung dan permukiman kumuh. Pemprov DKI Jakarta juga hendaknya
membangun rusun di wilayah strategis yang sudah didukung dengan
transportasi memadai.
"Apalagi, kalau bisa, di sepanjang MRT itu
dibangun rumah susun atau di sepanjang jalur kereta api. Dengan begitu,
kalau bisa, orang turun dari MRT bisa jalan ke rumah susunnya. Percuma
kalau harus keluar biaya lagi," ujarnya.
Sementara itu, kerja
sama antara Pemprov DKI Jakarta dan Pemerintah Pusat melalui Kementerian
PU adalah pembangunan sodetan dari Ciliwung menuju Kanal Banjir Timur
(KBT) dan Kanal Banjir Barat (KBB). Pemprov DKI Jakarta bekerja sama
dengan kementerian pusat dan sudah disetujui Wakil Presiden RI Boediono
pada rapat koordinasi tentang penanganan banjir pada era kepemimpinan
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo pada tahun 2010 silam.
Badan
Anggaran DPR dan Menteri Keuangan telah menyetujui anggaran
penanggulangan bencana sepanjang 2013 sebesar Rp 1,64 triliun. Sebanyak
Rp 645 miliar akan digunakan untuk pembangunan sodetan Sungai Ciliwung
ke Kanal Banjir Timur untuk mengurangi beban kapasitas di sungai
tersebut. Sodetan sepanjang 2,15 kilometer tersebut direncanakan
berbentuk gorong-gorong bawah tanah. Ada dua alternatif ukuran, yaitu
empat pipa yang masih-masing berdiameter 2,5 meter dan dipasang berjejer
atau dua pipa 4 meter dipasang berjejer.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar