Bagi dunia usaha, terlebih di kalangan pengusaha kecil dan menengah atau
lebih spesifik lagi di kalangan pelaku industri kreatif, gelar usaha
lewat pameran, seminar, dan lokakarya penting untuk mendongkrak hasil
penjualan mereka.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 58
Jakarta Timur, misalnya. Sekolah kejuruan desain dan produk kriya kayu,
kriya logam, serta kriya tekstil ini hanya mengandalkan pameran dan
bazar di sekolah mereka untuk menjual produk mereka.
"Kalau
dilempar ke pasar, lakunya lama dan tidak pasti. Tidak sebanding dengan
biaya operasional yang harus kami tanggung," ujar anggota staf humas
SMKN 58, Emma Indrawati (52), saat ditemui di tengah acara Pekan Produk
Kreatif Daerah Jakarta yang digelar pada 14-16 Juni 2013 di kawasan
Monas, Jakarta Pusat, Jumat (14/6).
Lewat kegiatan pameran dan
bazar sekolah, produk yang mereka jual bisa Rp 10 juta setiap tiga
bulan. "Kami juga sudah pameran dua kali di Kuching, Serawak, Malaysia,
dan berlanjut dengan pengembangan pasar produk kami di sana," katanya.
Pagi
itu, sebagian produk SMKN 58 ditata menarik di stan mereka. Rajutan
syal dengan pilihan warna menggoda, kain batik, hiasan dinding dari
logam dan kayu, serta bantal bangku dan bantal tumpuan leher kepala pada
jok mobil.
Ketika ditanya tentang berapa banyak lulusan SMK ini
yang berwirausaha, Emma mengaku, "Baru satu-dua saja." Menurut dia,
sebagian besar lulusan SMKN 58 bekerja sebagai karyawan. Padahal, dalam
salah satu misinya, SMK ini menyebutkan "menghasilkan wirausaha yang
unggul". Meski demikian, sudah setumpuk prestasi diraih SMK yang
berlokasi di Jalan Bambu Apus Cipayung, Taman Mini Indonesia Indah, ini.
Emma
bersyukur, sejak DKI Jakarta dipimpin Jokowi-Basuki, mulai
diselenggarakan pameran rutin produk-produk SMK. Menurut dia, pameran
produk antar-SMK ini memacu semangat siswa untuk meningkatkan jumlah dan
kualitas karya mereka. Mudah-mudahan bisa berlanjut.
Di stan
lain, Yuli (28), penjaga stan produk kerajinan keramik, mengakui bahwa
lewat pameran, pemilik usaha Jinjit Pottery, Antin Sambodo, mampu
mendongkrak hasil penjualannya hingga dua kali lipat. "Setiap ada
pameran, kami ikut, terutama setiap ada pameran yang diselenggarakan
Inacraft pada April selama lima hari," ujarnya.
Di pameran itu,
Jinjit Pottery, lanjut Yuli, bisa menjual 1.000 produk keramiknya berupa
cangkir, asbak, bel, hiasan, dan pernak-pernik produk keramik lain.
Dari pengalamannya mengikuti pameran, produk kerajinan keramik yang laku
adalah produk bertema Jakarta dan Indonesia, seperti digelar di stan
Jinjit Pottery pagi itu.
Event organizer atau pelaksana pameran
Toton Hutomi, yang ditemui secara terpisah, mengatakan, Pekan Produk
Kreatif Daerah Jakarta 2013 yang digelar 14-16 Juni ini merupakan yang
ketiga kali. "Tetapi baru pertama kali ini dilakukan outdoor," ujarnya.
Acara ini merupakan salah satu implementasi Inpres Nomor 6 Tahun 2009
tentang pengembangan industri kreatif.
Ia menjelaskan, acara ini diikuti 126 peserta yang masing- masing membuka satu stan.
"Kami
membaginya dalam beberapa zona. Zona kuliner dan zona fashion, seni dan
desain masing-masing diikuti 20 peserta. Zona teknologi informasi, zona
industri tradisional berbasis budaya yang diikuti antara lain oleh
kalangan industri jamu dan kosmetik tradisional, serta zona akademisi
dan SMK," ujar Toton.
Ia mengatakan, peserta sudah melalui proses
seleksi karena peminatnya membeludak. Maklum, gratis. Seluruh fasilitas
disiapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, lokasi juga
mudah dijangkau pengunjung dengan estimasi pengunjung setiap hari 20.000
orang.
"Jika ada peserta yang menawarkan produknya mirip dengan
beberapa peserta lain, yang kami terima adalah peserta yang memiliki
nilai jual lebih tinggi dibandingkan peserta lainnya," ucap Toton.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar