Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memiliki jurus jitu untuk mengatasi
rumah sakit di DKI Jakarta yang kedapatan menolak pasien, terutama
pasien miskin. Jurus itu yakni mencabut izin rumah sakit.
"Saya
sudah punya jurus. Ya dipaksa, diancam. Ancamannya kalau izinnya nggak
dikeluarin," tegas Jokowi usai menghadiri penganugerahan gelar Doktor
Kehormatan pada Taufiq Kiemas di komplek DPR/MPR, Minggu (10/3/2013).
Menurut
Jokowi, pihaknya memiliki kekuatan untuk mencabut izin rumah sakit yang
bandel tersebut. Namun, Jokowi mengatakan hingga kini, pihaknya belum
menemukan rumah sakit yang terbukti menolak pasien atas alasan biaya.
Untuk antisipasi jangka pendek, lanjut Jokowi, pihaknya akan
mengefektifkan jaringan antar rumah sakit untuk informasi ketersediaan
ruang rawat. Jika sekarang baru terdapat sekitar 60 rumah sakit di
Jakarta yang terkoneksi, pihaknya akan menambah rumah sakit lainnya agar
tidak ada lagi pasien meninggal akibat tak tertangani.
"Yang
paling penting dimulai segera. Kalau ada masalah di lapangan, langsung
kita selsaikan. Nah ini akan kita tambah (rumah sakit lain)," ujarnya.
Lebih jauh Jokowi pun mengajak masyarakat Jakarta untuk peduli akan
pola hidup yang sehat agar potensi mengalami sakit kecil. Gaya hidup
sehat itu, dapat dilakukan dengan mengubah pola hidup sehari-hari,
misalnya penambahan kegiatan olahraga teratur dan makan-makanan
mengandung gizi yang cukup.
Sebelumnya diberitakan, seorang
pasien remaja atas nama Ana Mudrika (15) meninggal dunia pada Sabtu
(9/3/2013) setelah tidak diterima oleh empat rumah sakit di Jakarta
Utara untuk dirawat. Ana mengeluh sakit di bagian perut.
Empat
RS itu yakni RS Koja, RS Firdaus, RS Pelabuhan, dan RS Mulyasari.
Ketiga RS pertama menolak dengan alasan kamar penuh. Sementara, RS
Mulyasari menolak karena tidak menerima pasien pemegang Kartu Jakarta
Sehat (KJS).
Sumber :
megapolitan.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar