Rencana pertemuan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dengan pimpinan MPR di Lt. 9, Gedung Nusantara III, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, pada 21 Januari 2013, adalah pukul 10.00 WIB namun pukul 09.32 WIB, pria asal Surakarta, Jawa Tengah, itu sudah tiba di Lt. 9.
Di sela-sela menunggu Jam 10.00, puluhan wartawan dari berbagai media pun juga sudah membuntuti dan hadir di tempat yang sama untuk meliput kegiatan pria yang akrab dipanggil Jokowi itu. Begitu jam sudah menunjukan tepat waktu, Jokowi diterima di Ruang Kerja Ketua MPR Taufiq Kiemas. Juga menyambut alumni Fakultas Kehutanan UGM itu adalah Wakil Ketua MPR Melani Leimena Suharli, Hajriyanto Y. Thohari, dan Ahmad Farhan Hamid.
Jabat tangan akrab diantara Jokowi dan pimpinan MPR. “Allhamdulillah tanggul di Jl. Latuharhary sudah bisa ditanggulangi dan nanti malam kereta api dari dan ke Tanah Abang-Manggarai sudah bisa dilewati,” ujarnya. Lebih lanjut diungkapkan penaggulangan banjir di Jakarta dilakukan oleh banyak pihak seperti dengan Kopassus, Marinir, TNIAU, dan berbagai pihak lainnya. “Semua bekerja keras bahu membahu mengatasi banjir,” paparnya.
Dalam kesempatan itu diungkapkan penanganan banjir yang berada di Pluit, dirasa masih berat karena pompa air yang tersedia semuanya terendam banjir sehingga sulit untuk dilakukan penyedotan sehingga diperlukan pompa air yang besar.
“Kita memohon dukungan dan restu dari pimpinan MPR untuk penanggulangan banjir Jakarta,” ujarnya. Dihadapan pimpinan MPR, Jokowi melakukan 6 langkah untuk mengatasi banjir. Keenam langkah itu adalah, pertama, mempercepat normalisasi Sunga Ciliwung, Kali Pesanggrahan, Kali Angke, dan Kali Sunter. Lebar sungai yang saat ini hanya 15 meter akan diperlebar menjadi 50 meter hingga 60 meter. Kedua, membuat sodetan air dari Jl. Otto Iskandar Dinata, Jakarta Timur menuju Banjir Kanal Timur (BKT). Ketiga, pembuatan waduk-waduk besar seperti di Ciawi dan Cimanggis. Keempat, pembuatan sumur resapan. Duapuluh ribu sumur resapan dengan lebar 1 meter rencananya akan dibuat. Sumur resapan itu akan mampu menyerap air dengan cepat dalam waktu 4 jam. Kelima, pembuatan terowongan multi guna. “Terowongan itu kalau musim hujan akan menjadi pembuangan air dan kalau musim kemarau akan menjadi jalan raya atau tol,” ungkapnya. Keenam, pendayagunaan pompa-pompa air seperti di Angke, Pluit, Ancol, dan Marina.
Penyebab banjir bisa jadi karena banyak tanah-tanah di Jakarta dan sekitarnya dibeli oleh pengembang untuk membangun perumahan. “Sekarang kondisinya kita balik, Kita yang akan membeli tanah Mereka untuk Kita jadikan ruang hijau dan waduk,” ujarnya. Tanah-tanah yang sudah dan akan dibeli itu seperti di Pulo Mas seluas 28 ha, 30 ha di Taman BMW, dan 18 ha di Jl. Daan Mogot. Jokowi pun juga akan melakukan audit gedung dan ijin bangunan. Ini dilakukan terkait adanya banjir yang masuk ke ruang parkir yang berada di basement yang menyebabkan adanya korban.
Sumber :
mpr.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar